EKBIS.CO, JAKARTA -- Saham berbagai bank di Amerika Serikat (AS) terus mengalami kerugian. Bahkan pada Jumat (10/3/2023), sejumlah saham bank regional terpukul paling parah.
Kegagalan Silicon Valley Bank (SVB) Financial Group berdampak ke seluruh industri keuangan. Runtuhnya SVB diperkirakan mampu memberikan dampak panjang serupa krisis keuangan global pada 2008 silam yang disebabkan kredit macet perumahan nasabah kelas bawah (subprime mortgage) di Amerika Serikat.
Menanggapi hal ini, Peneliti CORE Indonesia Yusuf Rendy Manile menilai, terdapat perbedaan mendasar yang menjadi penyebab kerugian yang dialami SVB saat ini dengan krisis keuangan pada 2008. "Kalau kita lihat dari kasus SVB saat ini karena lebih banyak membiayai perusahaan teknologi dan saya kira ada juga faktor dari miss management dari bank itu," ujar Yusuf kepada Republika, Ahad (12/3/2023).
Sementara pada kasus subprime mortage 2008 lebih banyak disebabkan oleh tidak lancarnya pembayaran dari pembiayaan perumahan di AS. Bahkan, yang memperparah keadaan saat itu adalah banyaknya dana yang ditempatkan pada instrumen investasi yang berisiko tinggi dan berkaitan antara pasar keuangan global.
"Sehingga kita ingat ketika itu dampaknya relatif lebih global," kata dia.
Yusuf melanjutkan, untuk saat ini , dampak yang mungkin akan dialami global bahkan di Indonesia menurutnya lebih ke pasar keuangan secara sentimen. Karena kekhawatiran dari kolapsnya SVB akan melebar di AS. Namun kalau dilihat kondisi saat ini sebenarnya respos pasar terhadap kasus ini belum terlihat begitu besar.
"Saya kira pengaruhnya ke pasar keuangan, terutama pengaruh sifatnya destruktif, ke Amerika Serikat relatif kecil," tuturnya.
Diketahui, saham SVB sudah dihentikan pada Jumat lalu. Sedangkan saham bank menengah AS lainnya semakin rugi besar akhir-akhir ini. Indeks bank regional S&P 500 turun 4,3 persen, membawa kerugiannya pekan ini menjadi 18 persen atau terburuk sejak 2009. Lalu berbagai bank AS telah kehilangan 100 miliar dolar AS lebih nilai pasar saham dalam dua hari. Sementara beberapa bank Eropa kehilangan sekitar 50 miliar dolar AS.
Krisis SVB terjadi ketika Federal Reserve AS (The Fed), terkunci dalam pertempuran melawan inflasi, menaikkan suku bunga, dan mengakhiri era uang murah. Di sisi lain, kekhawatiran investor tentang kenaikan suku bunga yang agresif dalam pertemuan The Fed berikutnya pada akhir bulan ini mereda pada Jumat, berkat tanda-tanda penurunan pertumbuhan upah dalam laporan pekerjaan Februari.