Senin 13 Mar 2023 19:06 WIB

Produksi Pupuk Kurang? Ini Penjelasan Kementan

Masalah kelangkaan pupuk kerap dikeluhkan petani.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Ahmad Fikri Noor
Petani merontokkan padi saat musim panen di Desa Imbanagara, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Rabu (1/2/2023). Kementerian Pertanian (Kementan) menyebut, masih terdapat solusi untuk mengatasi kekurangan pupuk kimia dengan penggunaan pupuk organik.
Foto: . ANTARA FOTO/Adeng Bustomi
Petani merontokkan padi saat musim panen di Desa Imbanagara, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Rabu (1/2/2023). Kementerian Pertanian (Kementan) menyebut, masih terdapat solusi untuk mengatasi kekurangan pupuk kimia dengan penggunaan pupuk organik.

EKBIS.CO,  BOGOR -- Masalah kelangkaan pupuk kerap dikeluhkan petani. Namun, nyatanya, ketersediaan pupuk di dalam negeri memang diakui kurang oleh Presiden Joko Widodo. Kementerian Pertanian (Kementan) menyebut, masih terdapat solusi untuk mengatasi kekurangan pupuk kimia dengan penggunaan pupuk organik.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian, Kementan, Dedi Nursyamsi, menjelaskan, mengatakan, kebutuhan pupuk bersubsidi saja yang diajukan petani melalui elektronik Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (e-RDKK) setiap tahun mencapai 24 juta ton. Namun, pemerintah hanya mampu mengalokasikan subsidi pupuk sebanyak sembilan juta ton.

Baca Juga

"Kemampuan Pupuk Indonesia memproduksi hanya 14 juta ton totalnya, pasar dalam negeri 12 juta ton dan ekspor dua juta ton. Jadi pupuk kita memang kurang," kata Dedi dalam konferensi pers di Bogor, Jawa Barat, Senin (13/3/2023).

Seperti diketahui, Pupuk Indonesia merupakan produsen pupuk pelat merah sekaligus menjadi produsen pupuk terbesar di Indonesia. Dedi melanjutkan, penggunaan pupuk setidaknya memberikan kontribusi sekitar 15 persen hingga 75 persen terhadap produktivitas. Akibat kurangnya pupuk disertai harga yang kian mahal, petani menjadi kesulitan.

Ia menjelaskan, akibat dari dampak Covid-19, perubahan iklim, hingga konflik Rusia-Ukraina, tak hanya mengerek kenaikan harga pangan global, namun juga srana dan prasarana produksi pertanian seperti pupuk.

"Tentu ini akan membuat petani kita terdampak. Di satu sisi soal produktivitas pertanian harus ditingkatkan di sisi lain harga sarana dan prasarana produksi melejit. Tentu ini harus ada solusinya," kata Dedi.

Kementan memutuskan untuk mendorong para petani beserta penyuluh agar mulai menggunakan pupuk secara berimbang dengan pupuk organik dan hayati. Pupuk organik selain harga yang lebih rendah dapat dibuat langsung oleh petani dengan bahan baku alami di sekitar.

"Jadi kita mesti memaksimalkan pemanfaatan pupuk organik dan pupuk hayati di mana petani bisa bikin sendiri. Kita maksimalkan juga pestisida nabati dari bahan-bahan alami," katanya.

Dedi mengatakan, Kementan juga telah kembali membuka pelatihan sejuta petani dan penyuluh dimulai dari pekan ini. Total kuota yang disiapkan sebanyak 1,8 juta petani dan penyuluh dari seluruh Indonesia. Pelatihan tersebut akan dikhususkan untuk melatih petani dan penyuluh menggunakan pupuk organik dan kimia secara berimbang.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement