EKBIS.CO, JAKARTA -- Kepala Grup Pengembangan UMKM dan Keuangan Inklusif Bank Indonesia (BI) Elysya MS Chani mengungkapkan beberapa langkah yang dilakukan Bank Indonesia untuk memperluas inklusi keuangan bagi perempuan sehingga memiliki akses dan literasi yang setara dengan laki-laki. Salah satunya dengan menghadirkan sistem pembayaran yang cepat, mudah, murah, serta aman.
"Kita mengenal dua inovasi tersebut berupa QRIS dan juga layanan BI Fast," kata Elysya di Jakarta, Selasa (14/3/2023).
Menurutnya dengan semakin banyak opsi pembayaran khususnya didorong dengan adopsi layanan keuangan digital, akses untuk inklusi keuangan pun semakin bertambah.
Berdasarkan laporan dari Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat inklusi keuangan perempuan dengan angka masih di bawah tingkat inklusi keuangan laki-laki. Hal itu bisa terlihat dari nilai indeksnya sebesar 83,88 persen untuk perempuan dan 86,28 persen untuk laki-laki.
Padahal dari segi literasi keuangan, perempuan mendapatkan skor yang lebih tinggi dengan capaian 50,33 persen dibandingkan laki-laki yang mendapatkan skor literasi keuangan 49,05 persen.
Maka dari itu, opsi layanan keuangan yang lebih beragam diperlukan agar akses lebih dekat pada masyarakat terutama untuk perempuan. Di samping perluasan layanan keuangan, Bank Indonesia juga menyiapkan program untuk pemberdayaan ekonomi.
Salah satunya melalui inisiatif bernama Program Pengembangan Ekonomi Kelompok Berpendapatan Rendah yang menurut Elysya akan diterapkan juga di Bank Indonesia perwakilan di daerah-daerah lainnya.
Wanita yang bekerja di bawah Departemen Pengembangan UMKM dan Perlindungan Konsumen Bank Indonesia itu menyebut program pemberdayaan ekonomi itu berfokus pada peningkatan literasi keuangan sehingga perempuan bisa lebih mandiri secara ekonomi dan semakin berdaya.
"Dalam survei OJK kita melihat literasi digital perempuan sedikit lebih tinggi. Jadi artinya kita sebenarnya punya cukup modal untuk bisa mendorong perempuan dimanfaatkan dan diberdayakan (dari segi literasi keuangan) untuk mendukung ekonomi keluarga," ujar Elysya.
Direktur Pengembangan Inklusi Keuangan OJK Edwin Nurhadi menambahkan penting untuk menyeimbangkan pembukaan akses untuk inklusi keuangan dan juga literasi keuangan bagi perempuan sehingga hasilnya bisa optimal bagi ekonomi di Indonesia.
Secara khusus Edwin mengatakan langkah itu bisa tercapai asalkan seluruh pihak baik pemerintah, sektor swasta, hingga media bisa berkolaborasi mendorong hal tersebut.
"Jadi kolaborasi kementerian, lembaga, akademisi, regulator, komunitas, lembaga jasa keuangan, termasuk media ini penting. Konsep pentahelix itu jadi kunci kesuksesan agar inklusi keuangan untuk perempuan bisa meningkat," ujar Edwin.