Organisasi tersebut mengatakan situasi seperti itu, semakin menekan orang dan bisnis di negara di mana 63 persen populasinya miskin dan 33 persen dari total penduduk Nigeria yang menganggur. "Hilangnya metode pembayaran utama memengaruhi transaksi bisnis. Anda tidak bisa membeli dan tidak bisa menjual, terutama untuk segmen ekonomi yang sebagian besar digerakkan oleh uang tunai,” kata Direktur Pusat Promosi Perusahaan Swasta Nigeria, Muda Yusuf.
Pemerintah selaku pembuat kebijakan mengklaim pergantian mata uang akan mengekang inflasi, melawan pencucian uang dan membatasi penggunaan uang tunai untuk membeli suara dalam pemilihan umum Nigeria, yang dimulai bulan lalu.
"Tetapi sebagian besar hasil yang diinginkan dari program tersebut belum tercapai karena penerapannya yang buruk," menurut Tunde Ajileye, seorang mitra di perusahaan SBM Intelligence yang berbasis di Lagos.