EKBIS.CO, JAKARTA -- Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyatakan, runtuhnya Silicon Valley Bank (SVB) tidak banyak berdampak terhadap startup di Indonesia. Itu karena hubungan antara SVB dengan startup di Tanah Air tidak besar.
Seperti diketahui, SVB merupakan bank asal Amerika Serikat (AS) yang fokus menyalurkan pembiayaan ke sektor teknologi atau usaha rintisan. Kabar tutupnya SVB pada pekan lalu pun memengaruhi sektor keuangan lain di AS dan Eropa.
Peneliti Center of Digital Economy and SMEs Indef Nur Komaria menyebutkan, sebagian besar pendanaan startup di Indonesia berasal dari Venture Capital serta Angel Investor. Maka bangkrutnya SVB tidak terlalu berpengaruh ke startup di dalam negeri.
Hanya saja, kata dia, startup Indonesia harus lebih fokus menumbuhkan profit. "Tanpa isu SVB tersebut, terkait jumlah startup banyak juga yang unicorn alami masalah di manajemen, banyak yang tidak sustain, banyak yang gugur, dan tidak sustain," jelasnya dalam Diskusi Online Indef, Kamis (16/3/2023).
Dirinya berharap, startup yang mampu sustain atau berlanjut dengan iklim bisnis fokus ke profit. Itu karena menurutnya, selama ini ketika startup mendapat pendanaan digunakan untuk menjalankan strategi bakar duit.
Nur menilai, saat ini mendapatkan pendanaan sudah tidak semudah seperti saat terjadi pandemi Covid-19. Jadi perlu ada antisipasi dari startup Indonesia karena banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) dan tutupnya perusahaan perintis yang terjadi setahun belakangan ini.
Peneliti Center of Industry, Trade, and Investment Indef Ahmad Heri Firdaus menyampaikan, kasus kolapsnya SVB ini dapat menjadi pelajaran bagi startup di Indonesia. Diharapkan para pelaku startup tidak hanya memperhatikan pola bisnis dan perkembangan bisnis, melainkan juga perkembangan serta kesehatan finansial perusahaan.
"Dari kasus ini juga bisa jadi pelajaran untuk startup dalam menaruh dana atau berhubungan dengan bank ini tidak hanya dengan satu bank. Bisa dipilih beberapa bank yang memang dipercaya untuk jadi rekan bisnis," tuturnya pada kesempatan serupa.
Ia melanjutkan, penutupan SVB secara tidak langsung dapat mengurangi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia sebesar 0,024 persen. Angka itu berdasarkan analisis dengan Global Trade Analysis Project.
Sementara dampak tidak langsungnya terhadap PDB global, diperkirakan berkurang 0,02 persen. Lalu dari sisi ekspor, penutupan SVB secara tidak langsung dapat menurunkan ekspor Indonesia sebesar 0,35 persen.