EKBIS.CO, SLEMAN -- Ririn, pedagang pakaian bekas di salah satu toko awul-awul di Kabupaten Sleman meminta pemerintah memikirkan ulang terkait kebijakan larangan impor baju bekas. Menurutnya akan ada banyak masyarakat yang terdampak dari kebijakan tersebut.
"Dipikirin lah itu akan banyak terdampaknya," kata Ririn kepada Republika.co.id, Senin (20/3/2023).
Ririn mengatakan yang terdampak dari kebijakan tersebut bukan hanya pedagang, tetapi juga mahasiswa yang biasa membeli pakaian awul-awul untuk mereka jual kembali. Menurutnya selama ini mahasiswa kerap mencari tambahan pemasukan dari usaha penjualan pakaian bekas.
"Kalau mereka disetop kasian orang tuanya," ujarnya.
Selain itu ada banyak juga pedagang kecil, pekerja kasar, dan petani yang ikut terdampak dari kebijakan tersebut. Sebab mereka kerap membeli baju bekas untuk dipakai dalam berkegiatan mereka sehari-hari. Mereka biasanya membeli baju bekas hanya untuk satu kali pakai.
"Pedagang cabai itu kan nggak bisa (hilang bekasnya), itu dia pakai langsung buang, jadi udah kotor nggak bisa dicuci," ucap suaminya, Andri.
Ia juga menyebut aktivitas jual beli thrifting ini tidak mengganggu sektor lain, termasuk tekstil. Menurutnya, mereka punya pelanggannya tersendiri.
"Katanya pemerintah ganggu yang tekstil , nggak ganggu, kami ada pangsanya," imbuhnya.
Andri berharap pemerintah berlaku adil. Menurutnya pemerintah perlu melibatkan pedagang dalam memutuskan sebuah kebijakan.
"Kenapa nggak tanya pedagang dulu? Tanya dulu pedagang diundang ke istana, gimana caranya, berapa banyak harus disetop pengusaha yang udah terjadi nih berjalan di Indonesia sudah banyak banget, dari mahasiswa sampai yang sudah keluarga," ungkapnya.
Ia menambahkan jangan sampai kebijakan pelarangan baju impor membuat pengangguran Indonesia bertambah sehingga pemerintah harus menambah anggaran bantuan tunai kepada para pengangguran. Ia berharap pemerintah bisa membuat kebijakan yang lebih berpihak kepada pedagang kecil.
"Kalau bisa dilegalkan," harapnya.
Selain itu, dirinya juga membantah jika baju impor dapat menyebabkan seseorang terkena penyakit kulit. Selama ia berdagang dirinya mengaku tak pernah terkena penyakit kulit.
"Saya lihatnya itu cuma isu aja, nggak bener lah," ucapnya.