EKBIS.CO, BADUNG -- Indonesia masih dihadapkan pada ketidakpastian ekonomi global meski pandemi Covid-19 sudah mereda. Pertumbuhan ekonomi di beberapa negara maju seperti Eropa dan Amerika Serikat (AS) bahkan masih melambat.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, tekanan terhadap perekonomian semakin terasa saat laju inflasi mulai tidak terkendali. Terlebih hal tersebut direspons oleh sejumlah bank sentral dengan menaikkan suku bunga acuan.
Perry memperkirakan bank sentral AS, The Federal Reserve, masih akan terus menaikkan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR). Menurut Perry, hal itu sejalan dengan kondisi inflasi yang diperkirakan tetap tinggi walau trennya mulai melandai.
"Kami juga melihat FFR kemungkinan tidak hanya akan berhenti di lima persen, tetapi bisa mencapai 5,5 persen bahkan untuk waktu yang cukup lama," kata Perry saat menjadi pembicara Gala Seminar-Enhancing Policy Callibration for Macro Financial Resillience di Bali, Rabu (29/3/2023).
Di sisi lain, dolar AS masih tetap kuat dengan indeksnya mencapai kisaran 100,3-100,5. Perry juga menyoroti kondisi keuangan global yang tercermin dari sektor perbankan AS. Menurut Perry, inflasi global menjadi faktor utama tiga bank AS mengalami kejatuhan.
Merespons situasi global ini, Perry mengatakan BI dan Kementerian Keuangan terus berkoordinasi untuk mengantisipasi kemungkinan adanya efek rambatan ke dalam negeri. Ia memastikan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan akan tetap tumbuh stabil.
Perry memproyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan mencapai 5,1 persen-5,2 persen pada tahun ini. Sementara pada tahun depan pertumbuhan ekonomi Indonesia diprediksi mencapai 5,3 persen didukung oleh konsumsi domestik, aktivitas ekspor dan investasi.
Di sisi lain, Perry memperkirakan inflasi inti masih akan tetap di level tiga persen. Sedangkan penyaluran pinjaman diproyeksi tumbuh dikisaran 10 persen-12 persen pada tahun ini.