EKBIS.CO, JAKARTA -- Net zero emission adalah sebuah keniscayaan. PLN menjadi motor penggerak transisi energi menuju net zero emission dan Institut Teknologi PLN (ITPLN) sebagai subholding akan menjadi bagian di dalamnya.
"Saya pastikan ITPLN menjadi bagian dari jalan menuju net zero emission," kata Rektor ITPLN Prof Dr Ir Iwa Garniwa MK, MT yang menjadi keynote speaker pada seminar nasional Industri dan Bisnis Energi dengan tajuk “Net Zero Emission Sebuah Keniscayaan, Tantangan Sekaligus Peluang Bisnis di Era Transisi Energi” di kampus ITPLN Cengkareng, sekaligus dilaksanakan secara hybrid yang diikuti oleh hampir 400 peserta dalam ruang virtual Zoom pada Rabu (29/3/2023) lalu.
Seminar diselenggarakan oleh Fakultas Teknologi dan Bisnis Energi (FTBE) ITPLN dalam rangka dies natalis ke ITPLN ke 25. Seminar menghadirkan pembicara Ir Iwan Agung Firstantara, MM. - Direktur Utama PT PLN Energi Primer Indonesia, Ir. Harlen - Executive Vice President Perencanaan Korporat PT. PLN (Persero), Dr. Tri Wahyu Adi, CRGP - Dosen Bisnis Energi ITPLN dan Praktisi Bisnis dan dimoderatori Dr. Ir. Eri Prabowo, M.Kom, IPU.
Net Zero Emission memang sebuah keniscayaan. Apabila upaya yang dimulai dari Paris Climate Agreement tahun 2015 tidak tercapai, maka dampak krisis iklim akan sangat membahayakan kehidupan di planet bumi. PLN telah memetakan dan melakukan berbagai upaya extra-ordinary yang akan mereduksi emisi sebesar 98 juta ton CO2 di tahun 2030.
“Paling tidak, untuk mereduksi emisi dari angka 433 juta ton ke 335 juta ton beberapa hal yang menjadi concer PLN adalah co-firing biomass PLTU di 52 lokasi sampai dengan tahun 2025, penambahan pembangkit EBT sebesar 20,9 giga watt (GW), termasuk menggantikan rencana pembangunan PLTU menjadi EBT, pengurangan rencana pembangunan PLTU baru dengan total kapasitas 14,2 GW pada Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2019-2028, serta pembangunan pembangkit gas dengan total kapasitas 5,8 GW dan gasifikasi PLTG/MG," kata Harlen seperti dalam siaran pers.
Sementara Iwan Agung mengatakan, PT PLN Energi Primer Indonesia sebagai anak perusahaan PT PLN siap mendukung kebijakan dan strategi tersebut. Karena peran PLN EPI adalah sebagai subholding energi primer PLN dalam transisi energi menuju carbon neutral tahun 2060 yakni konversi PLTD, pengurangan emisi dengan biomassa dan ekspansi gas.
Komitmen PLN EPI dalam mendukung transisi energi PLN menuju carbon neutral dengan membentuk Direktorat Biomassa untuk mendukung pengurangan emisi oleh biomasa serta Direktorat Gas dan BBM pada program ekspansi gas. Keseriusan ini merupakan implikasi dari target tahun 2025 yaitu pengurangan emisi menggunakan biomassa sebesar 10,2 juta ton/tahun. Ini merupakan angka yang cukup fantastis karena di 2024 target yang harus dipenuhi adalah 2,3 juta ton, sementara di 2023 ditarget 1,08 juta ton.
Dengan potensi yang tersebar di bumi nusantara, maka target yang cukup fantastis di 2025 dihadapi dengan optimisme yang tinggi di PLN EPI. Salah satu strategi PLN EPI untuk memenuhi kebutuhan 10,2 juta ton pada tahun 2025 dan seterusnya adalah melakukan pemetaan resource yang akan dikelola menjadi reserved dan terkontrak untuk menjamin security of supply.
Sementara Tri Wahyu Adi menawarkan hydrogen, ammonia and nuclear energy business. Hal ini juga karena Indonesia memiliki banyak potensi untuk sumber-sember energi tersebut. Lebih jauh mengenai energi nuklir, Indonesia masih jauh tertinggal dengan beberapa negara di Asia seperti Cina, Jepang dan Korea Selatan. Bahkan China sendiri menjadi tiga besar pengguna energi nuklir di dunia dengan 53.181 Mwe dibawah Perancis dan Amerika Serikat yang mencapai angka 94.718 MWe. Kabar menggembirakan adalah Amerika Serikat melalui Kedutaan Besarnya di Indonesia mengumumkan kemitraan energi bersih dengan nuklir reaktor modular kecil.
“Padahal saat ini kita juga sudah memiliki reaktor nuklir walau dalam skala kecil yaitu di Serpong Banten, Bandung dan di Babarsari Yogyakarta” kata Tri Wahyu Adi.