Rabu 12 Apr 2023 10:11 WIB

Rupiah Merosot Seiring Pasar Tunggu Risalah FOMC AS

Rupiah pada Rabu pagi melemah tiga poin jadi Rp 14.889 per dolar AS dari Rp14.886.

Red: Fuji Pratiwi
Petugas menunjukan uang pecahan Rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (4/10/2022). Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Rabu (12/4/2023) merosot seiring pasar menunggu risalah Federal Open Market Committee (FOMC) atau rapat dewan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat terkait kebijakan suku bunga acuannya.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Petugas menunjukan uang pecahan Rupiah dan dolar AS di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta, Selasa (4/10/2022). Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Rabu (12/4/2023) merosot seiring pasar menunggu risalah Federal Open Market Committee (FOMC) atau rapat dewan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat terkait kebijakan suku bunga acuannya.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal perdagangan Rabu (12/4/2023) merosot seiring pasar menunggu risalah Federal Open Market Committee (FOMC) atau rapat dewan kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat terkait kebijakan suku bunga acuannya.

Kurs rupiah pada Rabu pagi dibuka melemah tiga poin atau 0,02 persen ke posisi Rp 14.889 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.886 per dolar AS.

Baca Juga

"Rupiah masih berpotensi menguat terbatas. Investor menantikan data inflasi AS dan risalah FOMC malam nanti," kata analis DCFX Futures Lukman Leong dilansir Antara di Jakarta, Rabu (12/4/2023).

Lukman mengatakan inflasi Amerika Serikat (AS) secara tahunan (year on year/ yoy) diperkirakan akan melambat ke 5,2 persen dari 6,0 persen, menyebabkan dolar AS tertekan.

Sementara itu, belum ada ekspektasi pada FOMC malam ini. Namun, Bank Sentral AS atau The Fed diperkirakan akan lebih dovish terkait kebijakan suku bunga acuannya dari sebelumnya.

Dari domestik, investor menantikan data penjualan ritel Indonesia pada Februari yang telah terus menurun dalam enam bulan terakhir. Namun, apabila data ritel bisa lebih baik maka rupiah berpotensi untuk melanjutkan penguatan.

Lukman menuturkan, penguatan rupiah belakangan ini didukung oleh faktor domestik dengan permintaan kuat Surat Berharga Negara (SBN) terutama dari asing sehingga aliran dana asing terus berlanjut ke pasar domestik. Ketertarikan investor berinvestasi di pasar keuangan domestik dipengaruhi oleh data ekonomi Indonesia yang bagus dan pertumbuhan yang kuat, suku bunga yang relatif tinggi, ekspektasi akan kenaikan besar pada cadangan devisa dengan revisi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 1 Tahun 2019 tentang Devisa Hasil Ekspor.

Pada kuartal IV 2022, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat tetap tinggi yakni 5,01 persen (yoy), di tengah pertumbuhan ekonomi global yang dalam tren melambat. Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan Indonesia secara keseluruhan pada 2022 tercatat 5,31 persen (yoy), jauh meningkat dari capaian tahun sebelumnya sebesar 3,7 persen (yoy).

Ke depan, pertumbuhan ekonomi 2023 diprakirakan tetap kuat pada kisaran 4,5-5,3 persen, didorong oleh peningkatan permintaan domestik, baik konsumsi rumah tangga maupun investasi.

Selain itu, aliran modal asing masuk bersih mencapai Rp 4,23 triliun di pasar keuangan domestik selama periode 3-5 April 2023. Aliran modal asing masuk tersebut berasal dari pasar Surat Berharga Negara (SBN) senilai Rp 2,13 triliun dan pasar saham sebesar Rp 2,10 triliun.

Lukman memperkirakan rupiah berpeluang bergerak di kisaran Rp 14.850 per dolar AS hingga Rp 15.000 per dolar AS.

Pada Selasa (11/4/2023) rupiah ditutup meningkat 16 poin atau 0,11 persen ke posisi Rp 14.886 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.902 per dolar AS.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement