Ahad 16 Apr 2023 17:03 WIB

Peluang Resesi Indonesia Rendah, Inggris Hingga AS Terus Meningkat

Peluang resesi Inggris mencapai 75 persen, New Zealand 70 persen, dan AS 65 persen.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Lida Puspaningtyas
Berdasarkan data Bloomberg 2023, peluang resesi dunia pada 2023 memperlihatkan Inggris, New Zealand, dan Amerika Serikat (AS) terus meningkat. Sementara Indonesia memiliki peluang resesi terendah bersama India dan Saudi Arabia.
Foto: Bloomberg
Berdasarkan data Bloomberg 2023, peluang resesi dunia pada 2023 memperlihatkan Inggris, New Zealand, dan Amerika Serikat (AS) terus meningkat. Sementara Indonesia memiliki peluang resesi terendah bersama India dan Saudi Arabia.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Berdasarkan data Bloomberg 2023, peluang resesi dunia pada 2023 memperlihatkan Inggris, New Zealand, dan Amerika Serikat (AS) terus meningkat. Sementara Indonesia memiliki peluang resesi terendah bersama India dan Saudi Arabia.

Dari data tersebut, peluang resesi Inggris hingga mencapai 75 persen, New Zealand 70 persen, dan AS 65 persen. Sementara itu yang memiliki peluang resesi rendah yaitu China 12,5 persen, Saudi Arabia lima persen, Indonesia dua persen, dan India nol persen.

Baca Juga

Mantan Menteri Keuangan Lawrence Summers mengatakan kemungkinan resesi AS meningkat setelah serangkaian indikator ekonomi yang lemah. Sementara itu, The Federal Reserve juga mendekati akhir dari serangkaian kenaikan suku bunga.

"Yang cukup jelas adalah bahwa kita berada di babak paling akhir dari siklus pengetatan saat ini," kata Summers dikutip dari India Times, beberapa waktu lalu.

The Fed akan mengumumkan keputusan berikutnya pada 3 Mei 2023. Summers menilai langkah lain yang bisa dilakukan The Fed seharusnya dapat ditunda sampai saat-sat terakhir.

Summers mengungkapkan, laporan pekerjaan Maret 2023 mencerminkan kekuatan ekonomi pada kuartal I. Hanya saja, menurutnya hal itu kurang relevan mengingat prospek pengetatan kredit yang ada.

Data lain menunjukkan keuntungan perusahaan lain untuk gaji AS dengan tingkat pengangguran turun menjadi 3,5 persen. Sebaliknya, survei manajer pembelian yang lebih lemah dari perkiraan untuk manufaktur dan jasa yang dirilis pada pekan ini menunjukkan perlambatan aktivitas yang lebih besar dari yang diharapkan.

“Kami merasa ada sejumlah besar penyempitan dalam kredit,” ujar Summers.

Seorang Profesor Universitas Harvard dan kontributor Televisi Bloomberg mengatakan kemungkinan resesi sedang naik pada titik ini. The Fed memiliki keputusan yang sangat sulit dengan risiko dua sisi yang sangat besar.

Summers mengungkapkan, risiko dua sisi tersebut mencerminkan konsekuensi dari ekonomi yang terlalu panas. Summers meminta The Fed untuk terlibat dalam tinjauan luas model internalnya yang gagal mengantisipasi lonjakan inflasi sejak 2021 dan tidak menangkap risiko yang muncul dalam sistem perbankan yang menjadi fokus dengan keruntuhan Silicon Valley Bank.

Menurut data dari IMF, negara-negara Asia diharapkan menjadi sebagian besar dari lima negara teratas di dunia berdasarkan ukuran PDB pada 2024. Berdasarkan data dari Statista, ekonomi terbesar dunia pada 2024 mengalami pergeseran dibandingkan 2008 dan 1992.

Pada 1992, lima negara yang masuk dalam ekonomi terbesar dunia yaitu AS, Jepang, Jerman, Perancis, dan Italia. Sementara pada 2008 yaitu AS, Jepang, China, jerman, dan Inggris.

Sementara pada 2024, pergeseran terjadi dan didominasi oleh negara Asia. Kelima negara yang diramalkan memiliki ekonomi terbesar di dunia pada 2024 yaitu China, AS, India, Jepang, dan Indonesia.

Pertumbuhan ekonomi China dan India sangat tajam sejak 1990-an, sementara Indonesia baru-baru ini masuk dalam 10 besar ekonomi terbesar di dunia dan diperkirakan akan mencapai peringkat lima pada 2024.

Jepang yang memiliki ekonomi mapan, diperkirakan akan tetap bertahan ke peringkat empat pada 2024. Sedangkan Rusia diprediksi akan naik ke peringkat enam pada 2024.

Kelas menengah Asia yang berkembang adalah salah satu alasan pergeseran benua dalam PDB. Sementara China telah menjadi contoh pertumbuhan pasar pada abad ke-21. China diperkirakan akan mengatasi populasi yang menua lebih jauh dan akan mengurangi konsumsi.

Sementara itu, Indonesia bersama dengan Filipina dan Malaysia diperkirakan akan meningkatkan angkatan kerja mereka secara signifikan pada tahun-tahun mendatang. Hal itu dikarenakan kontribusinya pada peningkatan pendapatan rata-rata yang dapat dibelanjakan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement