Senin 08 May 2023 10:38 WIB

Rupiah Turun di Tengah Data Tenaga Kerja AS Lebih Kuat dari Ekspektasi

Pelemahan rupiah mungkin tidak terlalu jauh.

Red: Fuji Pratiwi
Petugas menghitung uang rupiah dan dolar AS (ilustrasi). Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan turun di tengah data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari ekspektasi.
Foto: Prayogi/Republika.
Petugas menghitung uang rupiah dan dolar AS (ilustrasi). Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan turun di tengah data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari ekspektasi.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada awal pekan turun di tengah data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang lebih kuat dari ekspektasi.

Rupiah pada Senin (8/5/2023) pagi melemah lima poin atau 0,03 persen ke posisi Rp 14.683 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.678 per dolar AS.

Baca Juga

"Data tenaga kerja AS yang dirilis Jumat kemarin di luar dugaan lebih bagus dari ekspektasi. Hal ini membalikkan ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS di tahun ini. Ini bisa membantu mendorong penguatan dolar AS terhadap nilai tukar lainnya," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra disiarkan Antara di Jakarta, Senin (8/5/2023).

Ariston menuturkan, data penggajian nonpertanian (Non-Farm Payroll/NFP) AS April 2023 dilaporkan 253 ribu, lebih tinggi dari perkiraan 190 ribu. Sedangkan, data pengangguran dirilis 3,4 persen, lebih baik dari ekspektasi 3,6 persen.

Selain itu, rata-rata upah per jam tumbuh 0,5 persen, di atas perkiraan 0,3 persen. Hal tersebut menunjukkan kondisi tenaga kerja AS masih bagus dan bisa memicu inflasi lagi.

Laporan Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan pertumbuhan pekerjaan mencatat percepatan pada April dan kenaikan upah meningkat dengan kuat, menunjukkan pasar tenaga kerja tetap kuat meskipun ada kenaikan suku bunga baru-baru ini oleh Federal Reserve.

Di sisi lain, Ariston mengatakan pelemahan rupiah mungkin tidak terlalu jauh. Sebab pasar masih berekspektasi bahwa bank sentral AS atau The Fed tidak akan menaikkan suku bunga acuannya lagi tahun ini sesuai dengan indikasi yang didapat dalam konferensi pers The Fed pekan lalu.

Sementara dari dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia kuartal I 2023 yang sebesar 5,03 persen memberikan dampak positif bagi penguatan rupiah.

Ia memperkirakan rupiah masih mungkin melemah ke Rp 14.700 per dolar AS, dengan potensi penguatan ke arah Rp 14.650 per dolar AS hingga Rp 14.630 per dolar AS.

Pada Jumat (5/5/2023) rupiah ditutup meningkat tujuh poin atau 0,05 persen ke posisi Rp 14.678 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp 14.685 per dolar AS.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement