EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Perdagangan (Kemendag) melakukan sejumlah langkah strategis menghadapi kenaikan harga pangan dunia yang berpengaruh pada komoditas nasional.
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Isy Karim mengatakan upaya pengendalian harga di dalam negeri merupakan kerja besar yang dilakukan secara kolaboratif antarlembaga. Badan Pangan Nasional juga telah dibentuk sebagai upaya integrasi stabilisasi harga pangan dan cadangan pangan pemerintah.
"Terkait risiko kenaikan harga komoditas internasional terutama yang kini didorong oleh El Nino pemerintah telah melakukan berbagai upaya mitigasi," ujar IsyKarim saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Kamis (11/5/2023).
Isy menerangkan pada sisi produksi, pemerintah telah meningkatkan produksi pangan dan memperkuat cadangan pangan pemerintah melalui Badan Pangan Nasional. Dari segi kebijakan impor, pemerintah menggunakan strategi tepat waktu dan tepat jumlah dengan tetap mengutamakan produksi dalam negeri.
"Sebagai langkah antisipasi dan menambah cadangan beras, pemerintah telah memutuskan menambah pasokan dari luar negeri sebesar 2 juta ton," kata Isy.
Sementara itu, dari sisi ekspor pemerintah memutuskan untuk mengembalikan target domestic market obligation (DMO) minyak goreng sebesar 300 ribu ton per bulan, di mana sebelumnya pada periode Ramadhan-Lebaran sempat dinaikkan menjadi 450 ribu ton per bulan guna mencegah kelangkaan serta kenaikan harga.
Selain itu, Kemendag juga mencairkan deposito Hak Ekspor secara bertahap, serta penyesuaian angka pengali dan insentif.
"Bauran kebijakan ini ditujukan agar ekspor CPO (crude palm oil/minyak sawit mentah) tidak terganggu dan pasokan minyak goreng di dalam negeri tercukupi," kata Isy.
Pada Jumat (5/5/2023), Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) melaporkan bahwa harga pangan dunia pada April 2023 mengalami kenaikan untuk pertama kalinya dalam setahun. Kenaikan April mencerminkan harga yang lebih tinggi untuk gula, daging dan beras, yang mengimbangi penurunan indeks harga sereal, susu dan minyak sayur.
Indeks harga gula melonjak 17,6 persen dari Maret, mencapai level tertinggi sejak Oktober 2011. FAO mengatakan kenaikan itu terkait dengan kekhawatiran pasokan yang lebih ketat menyusul revisi turun perkiraan produksi untuk India dan China, bersama dengan produksi yang lebih rendah dari perkiraan sebelumnya di Thailand dan Uni Eropa.
Sementara indeks daging naik 1,3 persen bulan ke bulan, harga susu turun 1,7 persen, harga minyak sayur turun 1,3 persen dan indeks harga sereal turun 1,7 persen, dengan penurunan harga dunia dari semua biji-bijian utama melebihi kenaikan harga beras.