Kamis 18 May 2023 15:14 WIB

Apakah Ancaman Resesi AS Berisiko Bagi Indonesia? Ini Kata MAMI

Ekonomi Indonesia ditopang pemulihan China sebagai negara mitra dagang terbesar.

Red: Fuji Pratiwi
Mobil mengangkut peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (10/11/2022) (ilustrasi). Kondisi makroekonomi Indonesia dinilai pada posisi yang kuat menghadapi risiko resesi ekonomi Amerika Serikat (AS). Berlawanan dengan kondisi AS yang melemah, Indonesia sedang dalam kondisi pemulihan ekonomi seiring pembukaan kembali ekonomi pascapandemi Covid-19.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Mobil mengangkut peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (10/11/2022) (ilustrasi). Kondisi makroekonomi Indonesia dinilai pada posisi yang kuat menghadapi risiko resesi ekonomi Amerika Serikat (AS). Berlawanan dengan kondisi AS yang melemah, Indonesia sedang dalam kondisi pemulihan ekonomi seiring pembukaan kembali ekonomi pascapandemi Covid-19.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Kondisi makroekonomi Indonesia dinilai pada posisi yang kuat menghadapi risiko resesi ekonomi Amerika Serikat (AS). Berlawanan dengan kondisi AS yang melemah, Indonesia sedang dalam kondisi pemulihan ekonomi seiring pembukaan kembali ekonomi pascapandemi Covid-19.

Senior Portfolio Manager Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, Samuel Kesuma, CFA, menjelaskan, beberapa indikator ekonomi Indonesia menunjukkan momentum pemulihan. Seperti penjualan ritel, penjualan otomotif, dan aktivitas manufaktur.

Baca Juga

Selain itu ekonomi Indonesia juga ditopang pemulihan ekonomi China yang merupakan negara mitra dagang terbesar. "Potensi meningkatnya permintaan dari China diharapkan dapat memitigasi risiko melambatnya permintaan dari kawasan negara maju," kata Samuel melalui keterangan resmi yang diterima Republika di Jakarta, Kamis (18/5/2023).

Ekspor Indonesia ke China mencapai 25 persen dari total ekspor. Porsi itu lebih besar dibandingkan ekspor Indonesia ke Amerika dengan porsi sekitar sembilan persen dari total ekspor.

Kondisi ekonomi Indonesia yang stabil juga menjadi faktor positif bagi arus dana asing yang sepanjang tahun ini mencatat pembelian bersih di pasar saham dan obligasi Indonesia. Aliran dana asing itu mengurangi risiko defisit bagi neraca pembayaran Indonesia.

Untuk level kawasan, lanjut Samuel, secara historis Asia memang dapat terdampak pelemahan ekonomi di AS, baik dari sisi perdagangan maupun sisi arus dana di pasar finansial. "Namun kali ini ada kondisi yang berbeda di Asia, di mana ekspektasi pertumbuhan ekonomi Asia diperkirakan tetap resilien," kata dia.

Pembukaan ekonomi setelah karantina wilayah akibat Covid menjadi faktor yang mendukung ekonomi domestik di kawasan Asia. Baru-baru ini IMF merevisi naik proyeksi ekonomi Asia menjadi 4,6 persen pada 2023 (sebelumnya 4,3 persen) didorong pemulihan ekonomi China yang lebih baik dari ekspektasi dan ekonomi India yang resilien.

Daya tarik Asia juga didukung oleh tren pelemahan dolar AS seiring dengan ekspektasi The Fed sudah mendekati siklus puncak suku bunga dan ekspektasi pelemahan ekonomi di kawasan negara maju, yang menjadikan kawasan Asia relatif lebih menarik. Sepanjang tahun ini arus dana asing ke pasar saham Asia tetap positif, mengindikasikan pandangan investor yang konstruktif terhadap Asia.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement