EKBIS.CO, JAKARTA -- Benda berbentuk lonjong berwarna putih berbalut plastik bening tampak banyak tergantung di depan rumah-rumah yang berada di Gang Aom, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Dilihat dari dekat, ternyata itu adalah tempe yang sedang dianginkan agar matang sempurna.
Pemandangan yang tidak asing ini bermula sejak 2011. Ketika itu, Martinah dibuat pusing dengan penjualan tempe mentah milik suaminya, Abdullah, yang sering tidak laku. Padahal, produk tersebut merupakan mata pencaharian utama keluarganya.
Menghadapi kondisi yang tidak pasti terus-menerus membuat keluarga Martinah merasa putus asa. Namun, dia mendapatkan ide untuk menjual tempe dengan cara lain. Saat berbincang dengan saudaranya yang berada di Magelang, Jawa Tengah, Martinah memutuskan menjual tempe olahan ketimbang tempe mentah.
Warga asal Pekalongan ini mendapatkan resep tidak biasa dalam mengolah keripik tempe. Biasanya, keripik tempe yang ada di pasaran berbalut terigu untuk memberikan tekstur renyah dan garing sesuai digoreng. Sedangkan, resep yang didapatkan merupakan paduan kedelai, ragi, kemudian diberikan sagu dalam proses pembuatanya.
Resep tersebut pun membuka jalan baru bagi lingkungan keluarga Marsinah tinggal. Saat penjualan keripik tempe yang diterima Marsinah terus menarik pembeli, tetangga sekitar yang sebelumnya sama seperti keluarganya, menjual tempe mentah, akhirnya ikut menggeluti hal serupa.
"Pas saya bikin, tetangga pada liatin, ya udah biarin aja. Sekarang pada jualan yang sama, nggak apa-apa, kan rezeki masing-masing," ujar ibu empat anak itu.
Usaha tersebut pun kini semakin berkembang. Martinah telah memiliki pelanggan di dalam dan di luar negeri dengan pengiriman ke beberapa negara, seperti Thailand, Singapura, hingga Uni Emirat Arab.
Untuk mendukung kelancaran usaha keripik tempe berlabel "Mama Tina" ini, Martinah menggunakan fitur-fitur digital yang ditawarkan BRI, seperti layanan transfer dan QRIS. Dia mengaku sangat terbantu dengan layanan transfer yang mudah dan dapat diakses di mana pun dan kapan pun.