EKBIS.CO, JAKARTA -- Joko Asori memimpin 40 orang perajin keripik tempe yang ada di klaster keripik tempe binaan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) (BRI). Dia mencoba mendorong warga di lingkungannya untuk maju bersama, meski memiliki usaha yang juga sama.
"Di sini kalau ada yang tanya buat beli keripik Mama Tina, ya kita tunjukin ke sana, nggak tiba-tiba minta buat beli keripik saya gitu, Pak Joko," ujar pria berusia 68 tahun ini.
Bagi Joko, tetangga-tetangga di Gang H Aom, Kebayoran Baru, Jakarta yang berjualan keripik tempe di sekitarnya percaya rezeki sudah diberikan sesuai tempatnya masing-masing. Konsep ini yang membuat para pengrajin tempe yang menjual produknya bersaing secara sehat dengan memiliki pasar masing-masing.
Joko mengaku menjual produk keripik tempenya kepada Localoka yang merupakan tempat penjualan produk klaster usaha dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) binaan BRI. Sekali memasok dia mengirim hingga 200 bungkus keripik dengan berat 250 gram. Sedangkan pedagang lain memiliki pasar masing-masing, seperti menjual secara daring hingga mengeskpornya ke luar negeri.
Sikap tidak saling sikut pun berlaku ketika lingkungan yang dipimpin Joko mendapatkan bantuan BRI untuk mengembangkan usaha. Dia mengaku, mendapatkan beberapa bantuan drum stainless steel untuk memasak kedelai sebagai bahan utama pembuatan keripik tempe. Bantuan itu pun dirasakan juga oleh perajin keripik tempe yang lain, contoh saja Martinah yang mendapatkan bantuan satu drum stainless steel.
"Saya pernah dapat bantuan drum itu memang untuk produksi," ujar pemilik usaha dengan nama Keripik Tempe Mama Tina.