EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi, menyebut persaingan antara negara ASEAN dalam mendapakan investasi dari produsen mobil listrik kian ketat. Thailand disebut menjadi kompetitor utama RI untuk bisa mengajak para pabrikan membangun basis produksinya di ASEAN.
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin, mengatakan, di tengah upaya pemerintah untuk menggaet para produsen mobil listrik, Thailand kini telah memperoleh investasi dari sejumlah produsen mobil untuk membangun pabrik kendaraan listrik di sana.
"Kompetitor utama adalah Thailand, sudah ada beberapa yang bikin pabrik di sana. Ada merk Horizon, Mitsubishi mau masuk. Terus terang, ada satu brand global lagi yang saat ini membandingkan kita dengan Thailand," kata Rachmat dalam sebuah diskusi di Hotel Sari Pan Pacific, Jakarta, Rabu (31/5/2023) malam.
Thailand, kata Rachmat mempunyai kapasitas produksi cukup signifikan dan memberikan beberapa insentif untuk mendukung kendaraan listrik. "Bahkan bentuknya bukan hanya bea masuk, bukan hanya insentif fiskal lain, tapi dia kasih cash subsidi. Itu yang mereka berikan sehingga mobil itu jadi terjangkau buat masyarakat di sana," katanya menambahkan.
Ia menuturkan, Tesla yang sebelumnya menjadi produsen mobil listrik terbesar kini tengah disalip oleh BYD, pabrikan asal China dengan volume produksi 2022 sebesar 1,85 juta unit naik 211 persen dari 2021. Sementra, Tesla kini menempati posisi kedua dengan produksi tahun lalu sebanyak 1,3 juta unit, meningkat 40 persen.
Adapun BYD saat ini telah berproduksi di Thailand, sedangkan Tesla belum sama sekali membangun pabriknya di kawasan ASEAN.
Sejauh ini, Indonesia telah memiliki Wuling Motors asal China dan Hyundai dari Korea yang telah berinvestasi untuk memproduksi mobil listrik di Indonesia. Sementara itu, ada Chery yang disebut Rachmat telah menyatakan ketertarikannya untuk masuk ke Indonesia.
"Jadi saat ini kita berpacu dengan waktu. Produsen lihat-lihat pasar ASEAN, datang ke Indonesia dulu, tapi mereka menanyakan keseriusan kita, karena kalau tidak serius dia ke industri negara lain," ucapnya.