EKBIS.CO, NEW YORK -- Harga minyak mentah berjangka membukukan kenaikan yang solid pada akhir perdagangan Rabu (Kamis 22/6/2023 pagi WIB), ditopang prospek ketatnya pasokan dan dolar AS yang jatuh di tengah komentar Ketua Fed Jerome Powell dalam kesaksiannya di hadapan Kongres.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Agustus terangkat 1,34 dolar AS atau 1,88 persen, menjadi menetap pada 72,53 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah Brent untuk pengiriman Agustus bertambah 1,22 dolar atau 1,61 persen, menjadi ditutup pada 77,12 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Prospek ketatnya pasokan jagung dan etanol di Amerika Serikat berarti meningkatkan permintaan minyak karena jagung digunakan untuk memproduksi etanol, yang dicampur dengan bahan bakar fosil. Amerika Serikat hanya memiliki 55 persen jagung dalam kondisi baik hingga sangat baik pada Ahad (18/6/2023), turun dari 61 persen pada pekan sebelumnya, yang mencerminkan dampak kekeringan, menurut laporan pekanan Departemen Pertanian AS yang dikeluarkan pada Selasa (20/6/2023).
Harga jagung berjangka di Chicago Board of Trade mengalami pertumbuhan substansial pada Rabu (21/6/2023), melonjak 5,2 persen setelah laporan pemerintah menunjukkan banyak tanaman AS tertekan oleh kondisi kekeringan.
Selain itu, paket sanksi ke-11 Uni Eropa terhadap Rusia diperkirakan akan semakin membatasi ekspor minyak Rusia. Jika sanksi baru oleh anggota Uni Eropa diterapkan, pasokan minyak akan berkurang 250.000 barel per hari, menurut Vladimir Zernov, analis pemasok informasi pasar FX Empire.
Juga mendukung harga minyak, dolar AS jatuh terhadap sekeranjang mata uang global pada Rabu (21/6/2023) setelah Ketua Federal Reserve Jerome Powell menyatakan bahwa bank sentral mendekati tujuan kebijakannya.
Greenback yang lebih murah membuat minyak berdenominasi dolar lebih menarik bagi investor yang memegang mata uang lain, sehingga meningkatkan permintaan.