EKBIS.CO, SHANGHAI -- Perekonomian China meningkat sebesar 6,3 persen pada kuartal kedua 2023 dibanding pada periode yang sama tahun lalu. Kenaikan tersebut didorong oleh pemulihan penjualan ritel dan sektor jasa, dan sebagian berkat based effect yang rendah.
Pertumbuhan PDB yang diumumkan oleh kantor statistik China Senin (17/7/2023) lebih rendah dari perkiraan pasar rata-rata sebesar 6,9 persen seperti yang ditabulasikan oleh Nikkei dan QUICK. Tapi PDB di kuartal kedua melampaui pertumbuhan 4,5 persen pada kuartal pertama.
China membukukan pertumbuhan 0,4 persen pada kuartal kedua tahun lalu karena penguncian Covid-19 telah membatasi aktivitas bisnis.
Data awal menunjukkan ekspor mengalami kontraksi sebesar 5,2 persen dan impor sebesar 6,9 persen karena perdagangan dengan tujuan utama termasuk Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Asia Tenggara menurun tajam. Ekspor ke AS turun 16,7 persen, sementara impor turun 5,8 persen.
Ada konsensus di antara para ekonom bahwa pemulihan pasca pandemi China telah terganggu oleh perlambatan global serta permintaan domestik yang lemah.
Dalam survei China Business Outlook oleh lembaga pemeringkat S&P yang dirilis pada Ahad (16/7/2023), kepercayaan responden turun menjadi 23 persen dari 34 persen pada bulan Februari. Angka tersebut juga lebih rendah dari 28 persen di tingkat global.
"Rencana perekrutan dan investasi juga dipangkas dibandingkan Februari," kata Annabel Fiddes dari S&P, menambahkan bahwa responden memperkirakan harga jual naik pada kecepatan yang lebih lambat karena tekanan inflasi yang lebih rendah.
Indeks harga konsumen China membukukan pertumbuhan nol pada bulan Juni, meningkatkan kekhawatiran tentang deflasi di tengah pengeluaran rumah tangga yang terkendali dan pasar tenaga kerja yang lesu.
Pemerintah memperkirakan pertumbuhan sekitar 5 persen tahun ini, target sederhana setelah ekonomi tumbuh sebesar 3 persen pada tahun 2022, salah satu kinerja tahunan terlemah dalam beberapa dekade.