EKBIS.CO, JAKARTA -- Analis pasar uang Lukman Leong menilai kurs atau nilai tukar rupiah yang berada di posisi Rp 15.027 per dolar Amerika Serikat (AS) masih wajar.
"Saya tidak melihat ada kebutuhan untuk menguatkan rupiah, Bank Indonesia terlihat lebih berusaha menjaga volatilitas kurs. Saya melihat rupiah masih wajar di Rp15 ribu. Penguatan belum tentu bagus untuk ekonomi, ini bisa membuat ekspor kita menjadi lebih mahal," ucap dia kepada ANTARA di Jakarta, Jumat (21/7/2023).
Pada perdagangan hari Jumat sore, rupiah mengalami pelemahan sebesar 0,27 persen atau 41 poin menjadi Rp 15.027 per dolar AS dari sebelumnya Rp 14.986 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak dari Rp 15.011 per dolar AS hingga Rp 15.032 per dolar AS.
Menurut Lukman, rupiah melemah di bawah tekanan penguatan dolar AS yang dipicu oleh data tenaga kerja AS yang lebih baik dari perkiraan.
Klaim pengangguran AS disebut mencapai 228 ribu, lebih baik dari ekspektasi yang sebesar 242 ribu. "(Hal ini mendorong) peningkatan prospek tingkat suku bunga The Fed," kata Lukman.
Dari sentimen dalam negeri, data Foreign Direct Investment (FDI) Indonesia menunjukkan investasi asing pada kuartal II 2023 tumbuh 14,2 persen, tetapi lebih rendah dari kuartal yang sama pada tahun 2022 sebesar 20,2 persen.
Kepala Ekonomi Bank Permata Josua Pardede menyatakan dolar AS menguat terhadap mata uang G-10, kecuali dolar Australia, setelah rilis US Initial Jobless Claims yang mencatatkan klaim pengangguran lebih baik dari ekspektasi.
"(Ini) mengindikasikan bahwa pasar tenaga kerja di AS tetap ketat. Pasar tenaga kerja yang lebih ketat mendukung stance kebijakan moneter AS yang ketat, sehingga mendorong penguatan Dollar Index dan kenaikan yield UST," ungkapnya .
Secara keseluruhan, lanjut dia, Dollar Index naik 0,60 persen menjadi 100,88, sementara yield UST naik 10 bps menjadi 3,85 persen.