EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mengungkapkan kredit atau pembiayaan perbankan tumbuh melambat. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan hal tersebut dikarenakan menurunnya permintaan kredit dari dunia usaha.
“Di tengah longgarnya sisi penawaran oleh tersedianya likuiditas, tingginya rencana penyaluran kredit, serta longgarnya standar penyaluran kredit/pembiayaan perbankan, korporasi cenderung mempercepat pelunasan kredit, dan berperilaku wait and see dalam meningkatkan rencana investasinya ke depan,” kata Perry dalam konferensi pers, Selasa (25/7/2023).
Dia menjelaskan, kredit perbankan pada Juni 2023 tumbuh 7,76 persen secara tahunan. Pertumbuhan tersebut terutama ditopang oleh sektor jasa dinia usaha, jasa sosial, dan pertambangan.
Perry menuturkan, pembiayaan syariah juga tumbuh tinggi mencapai 17,09 persen secara tahunan pada Juni 2023. Lalau di segmen UMKM, Perry menyenut pertumbuhan kredit terus berlanjutnyaitu mencapai 7,34 persen secara tahunan pada Juni 2023.
Dia menegaskan, Bank Indonesia berkomitmen untuk terus mendorong penyaluran kredit atau pembiayaan dari sisi penawaran perbankan. “Ini dalam rangka mengakselerasi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” jelas Perry.
Untuk itu, Perry menuturkan, kebijakan insentif likuiditas makroprudensial difokuskan pada sektor-sektor yang memiliki daya ungkit lebih tinggi. Khususnya bagi pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja pada sektor hilirisasi (minerba, pertanian, peternakan, dan perikanan), perumahan (termasuk perumahan rakyat), pariwisata, inklusif (termasuk UMKM, KUR, dan ultra mikro/UMi), serta ekonomi keuangan hijau.
“Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan kredit pada 2023 dalam kisaran 9-11 persen secara tahunan,” ujar Perry.