EKBIS.CO, JAKARTA -- Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet mengungkapkan kebijakan Bi dalam mempertahankan suku bunga acuannya tidak hanya pada Juli 2023 saja namun pada kesempatan sebelumnya. Pada pertemuan Juli 2023, BI kembali mempertahankan suku bunga acuan 5,75 persen.
"Kita bisa melihat bahwa kecenderungan BI dalam mengikuti tren suku bunga global dalam konteks ini suku bunga Amerika Serikat itu semakin mengecil," kata Yusuf kepda Republika.co.id, Rabu (26/7/2023).
Artinya, lanjut Yusuf, keputusan BI tidak sepenuhnya besar dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga acuan Bank Sentral AS. Setidaknya, Yusuf menuturkan, dengan penetapan suku bunga acuan yang tetap dipertahankan tersebut bisa meminimalisasi cost of fund terutama di pasar keuangan.
"Saya kira dalam konteks mendukung proses pemulihan ekonomi apa yang dilakukan oleh BI merupakan langkah yang tepat," ujar Yusuf.
Yusuf mengharapkan hal tersebut bisa mendorong sektor keuangan. Terutama untuk melakukan ekspansi dan menjadi salah satu motor dalam melanjutkan proses pemulihan ekonomi.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 24-25 Juli 2023 memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen, suku bunga Deposit Facility sebesar 5,0 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50 persen. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan mempertahankan BI7DRR sebesar 5,75 persebut tersebut konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran sasaran tiga plus minus satu persen atau di bawah empat persen pada sisa tahun ini dan 2,5 plus minus satu persen pada 2024.
Perry menjelaskan, saat ini inflasi kembali ke dalam sasaran lebih cepat dari perkiraan. "Inflasi IHK pada bulan Juni 2023 tercatat 3,52 persen secara tahunan sehingga berada di dalam sasaran tiga plus minus satu persen," jelas Perry.
Penurunan inflasi terjadi di semua kelompok. Inflasi inti Juni 2023 tercatat 2,58 persen secara tahunan yang lebih rendah dibandingkan dengan inflasi pada bulan sebelumnya sebesar 2,66 persen. Hal tersebut dipengaruhi oleh stabilnya nilai tukar, turunnya harga komoditas global, rendahnya dampak lanjutan dari inflasi volatile food, dan terkendalinya ekspektasi inflasi.
Inflasi kelompok volatile food tercatat 1,20 persen secara tahunan yang turun dari inflasi bulan sebelumnya yang sebesar 3,28 persen. Inflasi kelompok administered prices juga menurun dari 9,52 persen secara tahunan menjadi 9,21 persen.