EKBIS.CO, JAKARTA -- Anggota holding BUMN farmasi, PT Phapros Tbk membidik kinerja tahun ini agar bisa tetap tumbuh. Beberapa lini usaha yang dioptimalkan tahun ini adalah penjualan obat resep bermerek dan ekspor.
"Hal itu sejalan dengan grand strategy perseroan dan rencana penataan portofolio produknya. Di mana, ke depannya Phapros ini akan terus memperkaya varian produk obat bermereknya," ujar Direktur Utama Phapros Hadi Kardoko dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (27/7/2023).
Hadi mengatakan, pertumbuhan penjualan obat resep bermerek (etikal) Phapros di semester I 2023 mencapai 14,9 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kontribusi terbesar disumbangkan oleh produk Dextamine yang tumbuh sebesar 38,9 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu dan Pro TB sebesar 53,2 persen.
Hadi berharap, hingga akhir 2023, kinerja perseroan tetap tumbuh seiring dengan akan diluncurkannya produk-produk baru dari beberapa kelas terapi, terutama di pilar obat bermerek. Hadi menyampaikan, pertumbuhan di pilar obat branded adalah salah satu strategi kami agar di akhir 2023, portofolio produk baru Phapros akan terdiri dari lebih dari 60 persen branded dan sisanya generik.
"Selain dari pilar etikal, kontribusi pendapatan dari lini ekspor juga mengalami peningkatan sebesar 45,2 persen dengan negara tujuan Kamboja dan Filipina," ucap Hadi.
Hadi menyebut, pasar ekspor masih terbuka cukup lebar bagi produk seperti multivitamin, antibiotik, analgesik, produk untuk menyamankan perjalanan, antihistamin hingga antituberkulosis. Hal ini belum termasuk produk-produk obat dari kelas terapi lainnya serta alat kesehatan yang Phapros produksi, bekerja sama dengan lembaga riset dan universitas dalam negeri.
"Kami optimistis bisa meningkatkan growth net sales di akhir 2023 karena masih banyak negara-negara lain yang akan menjadi target Phapros dan kami terus optimis target 2023 akan tercapai," lanjut Hadi.
Untuk terus meningkatkan performa hingga akhir tahun, lanjut Hadi, perseroan telah menyiapkan beberapa strategi yang meliputi commercial excellence, operational excellence, organizational excellence, serta digitalisasi dan peningkatan kompetensi sumber daya manusia.
"Dengan menerapkan strategi tersebut, kami harap pertumbuhan Phapros tetap terjaga," kata Hadi.
Tim analis dari perusahaan stock advisor Emtrade mengatakan farmasi memiliki prospek yang cenderung lebih baik pada 2023 karena tekanan beban pokok setelah harga-harga komoditas mengalami penurunan dan rupiah mengalami penguatan. Emtrade menyatakan pemerintah awal tahun ini telah melakukan penyesuaian tarif INA-CBG sebesar 9,5 persen.
"Ini menandai kenaikan pertama sejak 2016, di mana tahun ini mulai membebankan biaya kepada pelanggan BPJS seperti biaya obat yang lebih tinggi. Otomatis ini dapat mendukung profitabilitas rumah sakit yang nantinya juga akan meningkatkan profitabiltas emiten farmasi dari terjualnya obat premium di sepanjang 2023 ini," ungkap Emtrade.
Emtrade mengatakan sektor farmasi menarik di Indonesia karena Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau perbandingan harapan hidup orang Indonesia terbilang cukup tinggi di level 72,91 pada tahun 2022. Dengan bertambahnya penduduk, maka peluang kebutuhan farmasi dan medis masyarakat juga akan tinggi.