EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah menyatakan kondisi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mendukung stabilitas perekonomian. Tercatat per 28 Juni 2023, nilai tukar rupiah menguat 3,13 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penguatan rupiah ini lebih baik dibandingkan apresiasi mata uang regional seperti peso dari Filipina yang apresiasi 1,55 persen atau rupee di India yang menguat 0,57 persen, sementara bath Thailand menguat 0,28 persen.
“Kami optimistis bahwa penguatan rupiah akan terus berlanjut. Hal ini seiring dengan meredanya ketidakpastian di pasar keuangan global dan juga fundamental perekonomian domestik serta aturan baru wajib parkir devisa hasil ekspor,” ujarnya dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Selasa (1/8/2023).
Dari sisi realisasi pembiayaan utang dalam anggaran pendapatan dan belanja negara per semester I 2023 sebesar Rp 166,5 triliun. Adapun realisasi ini turun 15,4 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya.
Secara lebih rinci, pembiayaan utang tersebut meliputi surat berharga negara sebesar Rp 157,88 triliun dan pinjaman sebesar Rp 8,62 triliun.
"Pengadaan utang juga terus dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi penerimaan negara dan kas negara yang cukup baik namun juga antisipasi volatilitas pasar keuangan," ucapnya.
Menurut Sri Mulyani kondisi pendapatan negara yang masih mampu tumbuh 5,4 persen dari Rp 1.336,1 triliun menjadi Rp 1.407,9 triliun. Ditopang penerimaan perpajakan yang mencapai Rp 1.105,6 triliun atau tumbuh 5,4 persen dan PNBP Rp 302,1 triliun atau tumbuh 5,5 persen.
Sementara itu, dari sisi belanja negara juga masih mampu tumbuh tipis. Per semester I 2023, belanja negara terealisasi sebesar Rp 1.255,7 triliun atau tumbuh 0,9 persen dari realisasi periode yang sama pada tahun lalu Rp 1.244,9 triliun.