Selasa 08 Aug 2023 19:59 WIB

Pemerintah Akui Indonesia Alami Deindustrialisasi Dini, Ini Alasannya

Kontribusi manufaktur terhadap PDB saat ini hanya 18,2 persen.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Lida Puspaningtyas
Polusi cahaya adalah cahaya buatan yang berlebihan dan merupakan hasil dari urbanisasi dan industrialisasi/ilustrasi.
Foto: Unsplash
Polusi cahaya adalah cahaya buatan yang berlebihan dan merupakan hasil dari urbanisasi dan industrialisasi/ilustrasi.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Pemerintah mengakui Indonesia telah mengalami deindustrialisasi dini akibat terus menyusutnya sektor industri hingga produktivitas yang makin menurun. Sementara, sektor jasa yang tak menghasilkan barang serta dengan produktivitas rendah terus mendominasi kegiatan perekonomian.

Deputi Bidang Ekonomi Bappenas, Amalia Adininggar Widyasanti, mengatakan, Indonesia memang telah keluar dari status negara berpenghasilan rendah menjadi negara dengan pendapatan menengah ke atas. Hanya saja, yang perlu menjadi perhatian besar yakni daya saing manufaktur yang terus mengalami penurunan.

Baca Juga

“Kenapa? karena selain menurunnya kontribusi manufaktur (terhadap PDB) yang hanya 18,2 persen, tenaga kerja yang semula dari sektor pertanian langsung ke sektor jasa yang produktivitasnya rendah,” kata Amalia dalam Seminar Nasional Kajian Tengah Tahun Indef di Jakarta, Selasa (8/8/2023).

Ia mengatakan, menghadapi situasi saat ini pemerintah mau tak mau harus mampu meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat dengan menyediakan lapangan pekerjaan yang lebih berkualitas. Bukan sebatas pekerjaan yang hanya cukup dengan kemampuan rendah.

Middle class jobs harus masuk ke kita. Bagaimana caranya? Sektor yang bisa berikan secara efektif adalah sektor manufaktur. Jadi PR kita ke depan harus melakukan reindustrialisasi,” ujarnya.

Bappenas saat ini juga tengah menyusun Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) untuk memetakan arah transformasi ekonomi nasional ke depan. Adapun inti dari transformasi ekonomi harus dimulai dari reindustrialisasi.

Ia menjelaskan, reindustrialisasi tentunya harus dimulai dari hilirisasi, namun bukan sebatas pada barang tambang yang habis seperti sekarang namun sumber daya alam berkelanjutan. Seperti komoditas sawit, rumput laut, kakao, hingga berbagai komoditas lainnya yang dimiliki Indonesia.

“Ini harus dihilirisasi sampai produk hilir. Kita sudah siapkan rumahnya dan akan kita tetapkan dalam rancangan akhir RPJPN,” kata dia.

Di sisi lain, industri yang harus dibangkitkan kembali yakni industri kimia dasar dan baja. Berkaca dari negara-negara lain, mereka yang memiliki struktur industri kuat selalu memiliki basis industri kimia dasar dan baja yang kokoh sebagai penopang industri lainnya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement