EKBIS.CO, JAKARTA -- Analis pasar uang Lukman Leong menyatakan pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dipengaruhi data inflasi AS yang secara year on year (yoy) atau tahunan meningkat menjadi 3,2 persen dibandingkan sebelumnya 3,0 persen. Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat (11/8/2023) pagi melemah 0,16 persen atau 25 poin menjadi Rp 15.210 per dolar AS dari sebelumnya Rp 15.185 per dolar AS.
“Rupiah melemah setelah data menunjukkan inflasi AS yang naik pertama kalinya dalam setahun walau sedikit di bawah perkiraan sebesar 3,3 persen disusul pernyataan The Fed (San Francisco Fed) President Mary Daly membuat dolar AS rebound dari penurunan awal,” ujar Lukman Leong dihubungi di Jakarta, Jumat.
Melihat sentimen dari dalam negeri, Lukman menilai masih cukup positif. “Namun, rupiah dan mata uang regional saat ini tertekan oleh penguatan dolar dan kekhawatiran perlambatan ekonomi China,” katanya.
Sebelumnya, pengamat pasar uang Ariston Tjendra menyampaikan bahwa apabila data inflasi AS menunjukkan penurunan di bawah 3,0 persen (angka pada bulan Juni 2023), akan mendorong pelemahan dolar AS karena The Fed dapat melonggarkan kebijakan suku bunga tinggi. “Begitu pula sebaliknya,” ucap dia pada Kamis (10/8/2023).
Dolar AS bertahan hampir datar terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Kamis karena investor mencerna laporan indeks harga konsumen (IHK) AS yang menunjukkan kenaikan moderat pada Juli 2023. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, naik tipis 0,03 persen menjadi 102,5222 pada akhir perdagangan.
IHK AS naik 0,2 persen bulan lalu, menyamai kenaikan pada Juni, Departemen Tenaga Kerja melaporkan pada Kamis (10/8/2023). IHK naik 3,2 persen dalam 12 bulan hingga Juli, menguat dari kenaikan 3,0 persen pada Juni, yang merupakan kenaikan tahunan terkecil sejak Maret 2021.