Senin 14 Aug 2023 21:35 WIB

Emisi Karbon per Kapita Indonesia Hanya 2,3 Ton per Tahun, Pertamina: Jauh Lebih Baik

Emisi karbon per kapita Amerika dan Cina capai 14,7 - 15,4 ton per tahun.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Lida Puspaningtyas
Kondisi polusi di langit Jakarta terlihat dari Gedung Perpustaakan Nasional, Jakarta, Senin (14/8/2023). Pemerintah menilai kondisi polusi udara di Jakarta sudah berada diangka 156 dengan keterangan tidak sehat. Hal tersebut diakibatkan emisi transportasi, aktivitas industri di Jabodetabek serta ondisi kemarau panjang sejak tiga bulan terakhir. Presiden Joko Widodo merespon kondisi tersebut dengan menginstruksikan kepada sejumlah menteri dan Gubernur untuk segera menangani kondisi polusi udara dengan memberlakukan kebijakan WFH untuk mengatasi emisi transportasi, mengurangi kendaraan berbasi fosil dan beralih menggunakan transportasi massal, memperbanyak ruang terbuka hijau, serta melakukan rekayasa cuaca.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Kondisi polusi di langit Jakarta terlihat dari Gedung Perpustaakan Nasional, Jakarta, Senin (14/8/2023). Pemerintah menilai kondisi polusi udara di Jakarta sudah berada diangka 156 dengan keterangan tidak sehat. Hal tersebut diakibatkan emisi transportasi, aktivitas industri di Jabodetabek serta ondisi kemarau panjang sejak tiga bulan terakhir. Presiden Joko Widodo merespon kondisi tersebut dengan menginstruksikan kepada sejumlah menteri dan Gubernur untuk segera menangani kondisi polusi udara dengan memberlakukan kebijakan WFH untuk mengatasi emisi transportasi, mengurangi kendaraan berbasi fosil dan beralih menggunakan transportasi massal, memperbanyak ruang terbuka hijau, serta melakukan rekayasa cuaca.

EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Pertamina (Persero) memastikan mendukung penuh langkah pemerintah dalam pengurangan emisi karbon. Hanya saja, sesungguhnya langkah ini harus mendapatkan dukungan global karena emisi karbon per kapita Indonesia lebih rendah dari negara maju.

Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menjelaskan emisi karbon per kapita di Indonesia tercatat sebesar 2,3 ton per tahun. Sedangkan negara maju seperti Amerika dan Cina mencapai 14,7 - 15,4 ton per tahun per kapita.

"Indonesia itu saat ini 2,3 ton per kapita jauh lebih baik rata-rata dunia," ujar Nicke di Jakarta, Senin (14/8/2023).

Oleh sebab itu, hal ini menjadi fokus perusahaan dalam meningkatkan ketahanan energi di dalam negeri. Meskipun, ia juga mengakui bahwa saat ini terdapat tantangan lain dari sektor industri dalam penggunaan energi fosil.

Menurut Nicke banyak perusahaan global yang tergabung dalam RE 100 persen, saat ini tengah berupaya mencapai komitmennya guna memenuhi target 100 persen penggunaan energi baru terbarukan (EBT) dalam seluruh aktivitas bisnisnya.

"Dan pendekatan yang dilakukan dan lebih pasti adalah membangun green industry cluster dan ini akan mengembangkan carbon emission reduction yang besar, kenapa? Karena industri hari ini berbahan fosil ini memberikan kontribusi 82 persen dari karbon emisi dunia," kata dia.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement