Selasa 15 Aug 2023 09:17 WIB

Dolar Menguat karena Imbal Hasil Obligasi AS Naik dan Khawatir Ekonomi China

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun yang jadi acuan mendekati 4,20 persen.

Red: Fuji Pratiwi
Petugas menghitung uang dolar AS di sebuah bank di Jakarta, Kamis (23/6/2022).
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Petugas menghitung uang dolar AS di sebuah bank di Jakarta, Kamis (23/6/2022).

EKBIS.CO, NEW YORK -- Dolar menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (Selasa 15/8/2023 pagi WIB), karena imbal hasil obligasi Pemerintah AS yang lebih tinggi mendorong mata uang Amerika dan investor mencari tempat yang aman di tengah kekhawatiran tentang ekonomi China.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, meningkat 0,34 persen menjadi 103,1898 pada akhir perdagangan, mencapai level tertinggi dalam lebih dari sebulan. Para analis mengatakan investor membeli dolar sebagai tempat berlindung dari kekhawatiran tentang kesehatan ekonomi global khususnya China. Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10 tahun yang jadi acuan mendekati 4,20 persen pada Senin (14/8/2023), level yang tidak terlihat sejak November 2022, sehingga meningkatkan dolar.

Baca Juga

"Banyak pedagang fokus lagi ke China," kata Edward Moya, analis pasar senior di OANDA seperti dikutip oleh Reuters.

"Saya pikir ada begitu banyak kekhawatiran hanya dengan prospek pertumbuhan mereka, dengan krisis properti mereka saat ini, dan saya pikir salah satu manajer kekayaan terbesar yang tidak dapat memenuhi kewajiban utang (mereka) adalah tanda bahaya besar."

Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,0904 dolar AS dari 1,0950 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,2675 dolar AS dari 1,2696 dolar AS pada sesi sebelumnya. Pedagang bersiap untuk kemungkinan intervensi pemerintah Jepang setelah yen mencapai level terendahnya pada Senin (14/8/2023) sejak November. Dolar AS dibeli 145,5120 yen Jepang, lebih tinggi dari 144,9670 yen Jepang pada sesi sebelumnya.

"Kurangnya intervensi verbal sejauh ini menunjukkan bahwa tingkat kesabaran otoritas Jepang mungkin telah meningkat setelah perubahan terbaru pada kebijakan moneter dan tren disinflasi di Amerika Serikat," kata Charu Chanana, ahli strategi pasar di Saxo Markets.

Dolar AS meningkat menjadi 0,8790 franc Swiss dari 0,8763 franc Swiss, dan naik menjadi 1,3469 dolar Kanada dari 1,3449 dolar Kanada. Dolar AS turun menjadi 10,8109 krona Swedia dari 10,8314 krona Swedia.

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement