EKBIS.CO, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian memiliki program pengembangan cokelat artisan bean to bar. Program ini dimulai dengan pembentukan wadah (perkumpulan/asosiasi). Langkah itu akan dilanjutkan dengan berbagai program kerja, antara lain peningkatan kompetensi sumber daya manusia (SDM) bagi chocolate maker.
Selain itu, kata Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika, kampanye peningkatan konsumsi cokelat di dalam negeri, kampanye cokelat untuk kesehatan dan gaya hidup, promosi atau pameran nasional maupun internasional, program fasilitasi restrukturisasi mesin dan peralatan dalam rangka peningkatan teknologi, serta dukungan terhadap program sustainability and traceability pada rantai pasok juga dilakukan untuk mengembangkan potensi cokelat artisan.
"Penyelenggaraan kegiatan bertaraf internasional, seperti pameran, promosi dan kompetisi pengolahan kakao yang diselenggarakan di daerah-daerah tujuan wisata nasional, seperti Bali, Yogyakarta, dan lain-lain, diharapkan mampu menjadikan Indonesia sebagai epicentrum kegiatan cokelat global. Hal ini perlu didukung oleh para pemangku kepentingan terkait," kata Putu lewat keterangan di Jakarta, Kamis (24/8/2023).
Sebagai pengolah kakao ketiga terbesar di dunia yang memproduksi berbagai produk kakao olahan seperti cocoa pasta/liquor, cocoa cake, cocoa butter dan cocoa powder, Indonesia punya potensi mengembangkan hilirisasi industri pengolahan kakao untuk menghasilkan bubuk cokelat, lemak cokelat, makanan dan minuman dari cokelat, suplemen dan pangan fungsional berbasis kakao, serta pengembangan cokelat artisan.
Sejak 2015, ekspor kakao olahan Indonesia selalu di atas 1 miliar dolar AS. Bahkan, Indonesia sudah menjadi pemain global kakao olahan, dengan posisi ekspor cocoa butter nomor dua di dunia setelah Belanda.
Adapun komposisi ekspor kakao olahan yang pada lima tahun lalu antara sebesar 85 intermediate product dan 15 persen diproses lebih lanjut di dalam negeri menjadi produk akhir (finished good) berupa makanan dan minuman berbasis cokelat. Sedangkan saat ini, komposisi produksi olahan cokelat di dalam negeri telah meningkat menjadi 20 persen.
"Artinya produk kakao olahan di dalam negeri mengalami penguatan atau terjadi hilirisasi lebih lanjut," kata Putu.