EKBIS.CO, BADUNG -- Kementerian Energi dan sumber Daya Mineral (ESDM) mengebut regulasi untuk mendatangkan minat dunia agar bisa melakukan injeksi carbon ke carbon storage Indonesia. Bermodal kantong/basin carbon yang melimpah, menjadi peluang bisnis baru di tengah isu transisi energi.
Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Kementerian ESDM Mirza Mahendra menjelaskan saat ini Indonesia memiliki potensi cekungan atau basin yang bisa dipakai untuk menyimpan carbon yang dihasilkan dari operasional industri maupun kegiatan hulu migas. Potensi hingga 440 basin ini menjadi modal kuat pemerintah untuk menjadi pemain utama dalam carbon storage.
"Iya, kalau ditanya targetnya kapan, ditargetkan oleh Pak Menteri tahun ini harus sudah selesai. Kita coba fight maksimum. Mungkin insyaallah kalau antarkementeriannya beres, mudah-mudahan bulan depan selesai," kata Mirza saat ditemui di Bali, Kamis (24/8/2023).
Mirza menjelaskan regulasi ini merupakan tahap awal agar dunia aware terlebih dahulu atas potensi yang Indonesia punya. Selain itu, lewat regulasi carbon storage ini mampu mendorong minat investor untuk ikut serta dalam pengembangannya.
"Ini project besar yang juga sedang dikerjakan oleh seluruh dunia. Mengingat tantangan pemanasan global, pengurangan emisi seluruh negara berlomba untuk mengelola emisinya," ujar Mirza.
Mirza mengatakan yang progress di Indonesia adalah pengembangan carbon storage di lapangan migas yang eksisting saat ini. Misal, pengembangan CCS oleh Inpex di Blok Masela merupakan daya tarik investor tersendiri.
"Utama juga yang dari dunia lagi rame ini kan, membawa cross border dari negara lain ke kita. Kenapa di kita? Kita blessing our country, berkah dari Allah. Kita punya ada dua-duanya, di mana bisa kita simpan," kata Mirza menegaskan.