Kamis 31 Aug 2023 16:26 WIB

Gubernur BI Spill Obat Manjur Indonesia Bikin Inflasi Terendah Sedunia

Inflasi bisa turun karena sinergi.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Lida Puspaningtyas
Indonesia
Foto: AP Photo/Tatan Syuflana
Indonesia

EKBIS.CO, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mengungkapkan inflasi Indonesia saat ini terendah di dunia. Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan Indonesia memiliki strategi sendiri untuk menekan inflasi.

"Di negara lain kalau inflasi obatnya cuma satu yaitu suku bunga bank sentral dinaikkan terus. Kalau di Indonesia itu sinergi yang sangat kuat," kata Perry dalam Press Statement Hasil Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2023, Kamis (31/8/2023).

Perry menjelaskan, dalam mengatasi inflasi, BI memiliki kebijakan suku bunga dan stabilisasi nilai tukar. Begitu juga dengan upaya mengelola ekspektasi inflasi dari kebijakan moneter Bank Indonesia. Sementara dari sisi pemerintah, Perry menyebut juga dilakukan kebijakan fiskal.

"Ini termasuk subsidi maupun juga hadiah kepada pemenang tim pengendalian inflasi di daerah," ujar Perry.

Dia memastikan, pemerintah juga melakukan koordinasi tim pengendalian inflasi pusat dan daerah setiap pekan. Perry menilai, semua upaya tersebut menjadi ciri khas Indonesia berhasil kendalikan inflasi dan terbaik di dunia. Perry mengungkapkan, semua terjadi karena koordinasi yang sangat erat.

"Kebijakan moneter Bank Indonesia, kebijakan fiskal pemerintah, dan gerakan nasional pengendalian inflasi pangan yang dikomandoi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian sebagai ketua tim pengendali inflasi pusat.

Dia menambahkan, saat ini inflasi indeks harga konsumen (IHK) turun lebih cepat. Bahkan, lanjut Perry, sudah kembali pada sasarannya tiga plus minus satu persen.

"Pada Juli 2023, inflasi turun dari 5,51 persen pada akhir 2022 menjadi 3,08 persen secara tahunan. Ini termasuk salah satu yang terendah di dunia," ucap Perry.

Perry menuturkan, dibandingkan negara G20, inflasi Indonesia lebih rendah dibandingkan negara lain. Hal itu termasuk lebih rendah jika dibandingkan Argentina, Turki, India, Uni Eropa, dan Amerika Serikat.

"Kenapa demikian? Ini karena sinergi, koordinasi yang erat antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan Bank Indonesia," jelas Perry.

Berbeda dengan Indonesia, sejumlah negara masih menaikan suku bunga acuan untuk mengatasi inflasi. Wakil Menteri Keuangan, Suahasil Nazara menyebut Amerika Serikat, Eropa, Inggris menjadi negara yang masih agresif dalam menetapkan suku bunga acuan. Bahkan kenaikan suku bunga bisa mencapai 5,75 persen.

"Amerika menjadi yang sangat tinggi peningkatannya. Pada 2022 yang masih sekitar 0,25 persen sekarang di tangga 5,5 persen dan masih ada kemungkinan meningkat," kata Suahasil dalam Rapat Kerja dengan Komisi XI DPR, Kamis (31/8/2023).

Lalu juga di Eropa juga mengalami peningkatan 425 basis poin (bps) atau menjadi 4,25 persen pada Juli 2023. Diperkirakan, Eropa juga masih mengalami kenaikan hingga 25 bps pada 2023.

Begitu juga dengan Inggris yang masih menghadapi tekanan inflasi. Inggris diproyeksikan akan menaikan suku bunga hingga level enam persen pada akhir 2023.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement