EKBIS.CO, JAKARTA -- Dalam mengembangkan industri baterai listrik, ternyata Indonesia juga mempunyai pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Pasar global menuntut baterai kendaraan listrik harus diproduksi secara ramah lingkungan dan bersumber dari energi bersih.
Direktur Utama Indonesia Battery Coorporation (IBC) Toto Nugroho menjelaskan, salah satu regulasi ketat pasar kendaraan listrik saat ini adalah baku mutu material baterai. Pasar global mensyaratkan baterai perlu diproduksi lewat energi yang ramah lingkungan.
"Regulasi yang ketat soal baterai kendaraan listrik saat ini adalah bahan baku yang ramah lingkungan dan proses penambangan yang sesuai dengan prinsip good mining practices," kata Toto dalam Indonesia Sustainable Forum (ISF), Kamis (7/9/2023).
Toto mengatakan ini pekerjaan rumah bagi Indonesia untuk memastikan bahwa industri baterai kendaraan listrik memenuhi syarat ini. Terutama untuk memenuhi syarat untuk masuk ke pasar Amerika dan Eropa.
"Itu adalah persyaratan agar baterai, terutama dikirim ke Eropa dan Amerika, dan juga lingkungan dalam hal potensi limbah industri harus memiliki standar yang sangat ketat," kata Toto.
Meski begitu, kata Toto Indonesia memilki potensi sumber energi bersih yang melimpah. Energi bersih ini bisa menjadi sumber listrik yang ramah lingkungan dan minim emisi.
"Ini jadi salah satu keunggulan Indonesia. Kita punya sumber daya alam yang bisa digunakan menjadi sumber listrik. Kita bisa kembangkan ini," kata Toto.
Toto menilai, langkah IBC menggandeng CATL dan LG dalam pengembangan industri baterai kendaraan listrik sudah tepat. Sebab, CATL dan LG merupakan perusahaan besar yang mengedepankan prinsip ramah lingkungan dalam sisi produksinya.
"Inilah sebabnya kami beruntung bisa bekerja sama dengan pemain baterai EV terbesar nomor satu dan tiga di dunia karena mereka sudah memiliki standar yang sangat ketat dalam masalah lingkungan. Jadi memiliki standar tersebut benar-benar standar internasional membuat produksi baterai untuk EV benar-benar ramah lingkungan," kata Toto.