EKBIS.CO, JAKARTA -- Institute for Development of Economics and Finance (Indef) mengungkapkan saat ini generasi muda banyak yang terjebak menggunakan pinjaman online (pinjol). Peneliti Center of Digital Economy and SME Indef Nailul Huda mengatakan banyak faktor yang menyebabkan muda-mudi Indonesia terjebak dalam utang.
"Ini salah satunya tidak terbatas pada kebutuhan mendesak, kebiasaan pengeluaran yang berlebihan, tekanan ekonomi, pembiayaan pendidikan, dan tingkat literasi pinjaman yang rendah," kata Nailul dalam webinar GajiGesa bersama Indef, Senin (11/9/2023).
Selain itu, gaya hidup juga menjadi faktor penting yang menyebabkan masalah utang. Khusus faktor gaya hidup, Nailul mengatakan hal itu tidak hanya berdampak pada kalangan dewasa muda, tetapi juga masyarakat pada umumnya.
Faktor lain yang memicu peningkatan prevalensi pinjaman online di kalangan dewasa muda Indonesia adalah perubahan perilaku. Khususnya perubahan perilaku generasi sebelumnya ke generasi muda saat ini.
Dia menuturkan, kemajuan teknologi yang terus berlanjut selama bertahun-tahun telah memainkan peranan penting dalam membentuk praktik keuangan dari berbagai generasi. Secara historis, lanjut dia, generasi yang lebih tua cenderung menghindari utang, bahkan untuk pembelian besar seperti mobil.
Sebaliknya, Nailul mengatakam generasi yang lebih muda seperti Generasi X dan Z lebih terbuka untuk berutang. "Ini demi memenuhi hasrat gaya hidup, seperti menghadiri konser dan pergi berlibur," ucap Nailul.
Sebelumnya, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Friderica Widyasari Dewi menegaskan pihaknya sudah berulang kali menyampaikan agar bijak saat akan memilih layanan pinjol. Terutama kepada generasi muda yang menjadikan layanan paylater sebagai jalan pintas untuk mengikuti tren masa kini.
"Kami juga kasih tahu anak-anak muda agar bijak dalam berperilaku di sektor keuangan, karena di paylater kalau macet akan masuk di SLIK saat daftar kerja susah, bahkan saat mengajukan KPR pun susah," ujar Kiki sapaan akrabnya saat ditemui di Jakarta, Selasa (15/8/2023).
Ia berharap dengan semakin banyak sosialisasi risiko penggunaan pinjol, membuat masyarakat lebih paham mengenai risiko dan semakin bijak saat menggunakan layanan tersebut. Kiki juga mengaku miris, karena saat ini banyak yang menggunakan pinjol hanya untuk memenuhi gaya hidup.
"Pinjol saya selalu bilang ibarat apa pun jika menggunakan positif, ya, positif. Kalau negatif, ya, negatif. Pinjol jika dimanfaatkan benar penggunaan benar sangat membantu ini alternatif agar orang tidak masuk skema rentenir. Tapi kemudian muncul fenomena penggunaan yang tidak bijaksana misalnya untuk lifestyle, banyak sekali kami melihat (pinjol) untuk gaya hidup, eksistensi di sosial media biar tidak FOMO ada YOLO dan kemudian banyak terjebak di seperti ini," ungkap Kiki.