EKBIS.CO, JAKARTA -- Harga komoditas gula, yang diawasi pemerintah, tetapi pasokannya banyak bergantung pada impor mulai merangkak naik mengikuti jejak beras. Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), Hasran, menilai kenaikan harga ini, antara lain imbas kenaikan harga harga global serta kekhawatiran akan dampak El Nino.
“Kenaikan harga gula di Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk kenaikan harga gula dunia, kenaikan biaya produksi terkait pupuk dan tenaga kerja, kekhawatiran dampak El Niño pada panen tebu tahun 2023-2024 serta penetapan harga beli di tingkat petani oleh pemerintah yang lebih tinggi,” kata Hasran dalam keterangan resminya, Selasa (19/8/2023).
Ia menuturkan, harga gula telah terpantau naik diatas harga acuan penjualan ditingkat konsumen yang ditetapkan oleh Badan Pangan Nasional sebesar Rp 14.500 -15.500 per kg tergantung wilayah. Namun, rata-rata harga gula telah naik kisaran Rp 500 per kg di tingkat konsumen.
Sementara, Indonesia masih banyak bergantung pada impor untuk pasokan gulanya. Di saat yang bersamaan, harga gula di pasar internasional telah meningkat dalam dua bulan terakhir imbas penurunan produksi di beberapa negara produsen utama seperti India, Thailand dan Brazil.
Adapun pada tahun 2023 ini kebutuhan gula dalam negeri diperkirakan sebanyak 6 juta ton sedangkan produksi dalam negeri hanya mampu mensuplai sebanyak 2,2 juta ton. Hasran pun menilai, produksi dalam negeri juga cenderung berkurang seiring dengan penurunan luas lahan tebu di Indonesia.
Kenaikan harga pupuk di pasar internasional juga punya andil dalam peningkatan harga gula. Selain itu, kekhawatiran El Nino akan mempengaruhi panen tebu di tahun 2023-2024 turut membuat pasar merespon dengan peningkatan harga sejak dini.
Badan Pangan Nasional juga telah meningkatkan harga pembelian di tingkat petani sebesar 100 rupiah menjadi Rp 12.500 per kilogram merespon kenaikan harga gula internasional.
“Untuk mengamankan pasokan gula dalam negerinya, pemerintah perlu meningkatkan produksi, termasuk dengan produktivitas yang lebih baik melalui penggunaan teknologi modern, penggunaan beni tebu berjengang serta penataan varietas,” kata Hasran.
Ia menambahkan, pemerintah juga sebaiknya melakukan diversifikasi sumber impor gula. Saat ini sebagian besar impor gula Indonesia berasal dari Thailand, India, dan Brazil, produsen-produsen yang kini sedang mengalami penurunan produksi.
Diversifikasi sumber impor dapat menyasar negara-negara penghasil gula lainnya seperti Mexico, Pakistan, Amerika Serikat, Columbia, Guatemala, dan Filipina. Diversifikasi ini dapat menjadi solusi ketika negara sumber impor utama mengalami penurunan produksi.