EKBIS.CO, JAKARTA — PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) memohon maaf atas tertinggalnya puluhan penumpang Kereta Cepat Whoosh. Hal ini karena adanya kendala operasional kereta pengumpan atau feeder dari Stasiun Bandung.
Akibat hal itu, sebanyak 31 penumpang Whoosh yang sebelumnya menggunakan Kereta Feeder tidak dapat menaiki Kereta Cepat untuk jadwal keberangkatan 06.56 WIB dari Stasiun Padalarang lantaran Kereta Cepat Whoosh yang tetap berangkat sesuai jadwal.
Sekretaris Perusahaan KCIC, Eva Chairunisa mengatakan, sebagai bentuk kompensasi atas kejadian tersebut, sebanyak 30 penumpang yang mengalami keterlambatan dan tertinggal kereta diperkenankan untuk mengikuti perjalanan Kereta Cepat Whoosh selanjutnya pada pukul 09.02 WIB tanpa harus membeli tiket baru. Sementara, satu penumpang lainnya yang memilih untuk pembatalan tiket juga telah dilayani melalui loket Stasiun Padalarang dengan pengembalian bea tiket 100 persen.
“Untuk mencegah agar hal ini tidak kembali terjadi, KCIC akan terus berkoordinasi bersama KAI untuk pelayanan yang lebih baik. Ke depannya KAI juga akan menyiapkan satu rangkaian cadangan KA Feeder di Stasiun Bandung sebagai bentuk antisipasi,” kata Eva dalam keterangan resminya.
Eva mengatakan, Kereta Cepat Whoosh mengutamakan ketepatan waktu dalam operasionalnya dengan tingkat ketepatan waktu keberangkatan yang mendekati 100 persen. Oleh karena itu, Kereta Cepat Whoosh tidak dapat menunggu penumpang di luar jadwal keberangkatannya. Pengaturan operasional perjalanan kereta cepat juga mengutamakan keselamatan dan keamanan.
Adapun sejak beroperasi dengan penerapan tiket berbayar pada 17 Oktober 2023, Kereta Cepat Whoosh memiliki 14 jadwal perjalanan per hari. Tujuh keberangkatan dari Stasiun Halim dan tujuh keberangkatan dari Stasiun Tegalluar. Seluruh perjalanan kereta berhenti melayani naik turun penumpang di Stasiun Padalarang.
Tercatat pada Kamis 19 Oktober 2023 terdapat sekitar 5.500 penumpang yang menggunakan Kereta Cepat Whoosh. Terdapat empat kereta yang berjalan dengan okupansi mencapai 97 persen, sementara sejumlah kereta lainnya okupansi berkisar antara 40 sampai 70 persen.