Jumat 27 Oct 2023 06:00 WIB

Ekonomi AS Tumbuh Tinggi, Kurs Rupiah Tembus Rp 16 Ribu?

Angka itu menjadi pertumbuhan tertinggi sejak kuartal IV 2021.

Red: Ahmad Fikri Noor
Karyawan menghitung mata uang dolar AS.
Foto: Republika/Prayogi
Karyawan menghitung mata uang dolar AS.

EKBIS.CO, WASHINGTON -- Ekonomi Amerika Serikat (AS) berhasil tumbuh 4,9 persen (yoy) pada kuartal III 2023. Angka itu menjadi pertumbuhan tertinggi sejak kuartal IV 2021. Pertumbuhan ekonomi AS ditopang oleh kuatnya belanja masyarakat di tengah pasar tenaga kerja yang semakin berdaya tahan.

Survei ekonomi yang dilakukan oleh Reuters menduga PDB AS hanya mampu tumbuh 4,3 persen (yoy). Laju pertumbuhan ini meningkat signifikan dibanding laju pertumbuhan pada kuartal II 2023 yang sebesar 2,1 persen (yoy).

Baca Juga

Pertumbuhan belanja konsumen, yang menyumbang lebih dari dua per tiga aktivitas ekonomi AS, meningkat sebesar 4 persen setelah hanya meningkat sebesar 0,8 persen pada kuartal II 2023. Hal ini didorong oleh belanja barang dan jasa. Konsumen membelanjakan lebih banyak uang untuk perumahan dan utilitas, layanan kesehatan, jasa keuangan, dan asuransi.

Data PDB kemungkinan tidak berdampak pada kebijakan moneter jangka pendek di tengah lonjakan imbal hasil surat utang pemerintah atau US Treasury dan aksi jual pasar saham, yang telah memperketat kondisi keuangan. Meskipun laporan tersebut menunjukkan inflasi secara keseluruhan meningkat pada kuartal terakhir, tekanan harga terus mereda.

Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) tidak termasuk makanan dan energi meningkat sebesar 2,4 persen setelah naik sebesar 3,7 persen pada kuartal kedua. Indeks harga PCE inti adalah salah satu ukuran inflasi yang dilacak oleh The Fed untuk target 2 persen.

Pasar keuangan memperkirakan bank sentral AS, Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga pada tanggal 31 Oktober-November. Sejak Maret tahun lalu, The Fed telah menaikkan suku bunga acuan overnight sebesar 525 basis poin ke kisaran saat ini 5,25 persen hingga 5,50 persen.

Lantas, bagaimana dengan nasib nilai tukar rupiah terhadap dolar AS?

Pada penutupan perdagangan Kamis (27/10/2023), mata uang rupiah melemah sebesar 50 poin atau 0,31 persen menjadi Rp 15.920 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp15.870 per dolar AS. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Kamis turut melemah ke posisi Rp 15.933 dari sebelumnya Rp 15.871 per dolar AS.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyatakan pelemahan rupiah dipengaruhi data ekonomi Amerika (AS) yang lebih kuat.

“Ini menegaskan kemungkinan The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuan lebih lama dan mendorong permintaan dolar AS yang lebih kuat,” ujar dia, Kamis (26/10/2023).

 

Data AS tersebut ialah Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur AS sebesar 50,0 dengan ekspektasi 49,5. Selain itu, pasar memperkirakan data Produk Domestik Bruto (PDB) AS kuartal II 2023 mampu tumbuh 4,3 persen.

Menurut Analis Pasar Mata Uang Lukman Leong, rupiah melemah pasca imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun naik tipis, melanjutkan pergerakan menuju level tertinggi dalam 16 tahun sebesar 5 persen yang sempat ditembus pada awal pekan.

"Pidato Powell (Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell) semalam juga cenderung sedikit lebih hawkish. Tidak ada data ekonomi dari China hari ini, ekonomi China yang masih di bawah harapan akan terus menekan mata uang regional dan Asia, termasuk rupiah," ungkap Lukman.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement