EKBIS.CO, JAKARTA -- Di tengah maraknya kampanye dan program transisi energi bersih untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060, energi fosil seperti minyak dan gas bumi (migas) tidak serta merta ditinggalkan begitu saja. Keberadaan minyak dan gas masih dibutuhkan sebagai penunjang menuju transisi energi bersih ke depan.
Direktur Jenderal Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji, menjelaskan, belakangan ini sudah terdapat beberapa penemuan sumber migas dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) yang beroperasi di Indonesia. Di antaranya seperti di Sumatera bagian utara, utara Pulau Bali, utara Pulau Lombok, serta di Selat Makassar.
"Untuk itu pemerintah mencari jalan tengah dengan tetap akan manfaatkan renewable energy ke depan tapi juga semaksimal mungkin memanfaatkan energi fosil yang sudah ada, itu strategi yang diharapkan bisa terlaksana,” ujar Tutuka, dalam keterangannya, Ahad (29/10/2023).
Tutuka pun meyakini, peluang investasi migas di Indonesia sangat terbuka lebar, mengingat potensi sumber daya migas yang sangat besar.
Dari data Januari 2023, proven reserves minyak bumi di Indonesia mencapai 2,41 miliar barel, sedangkan proven reserves gas bumi berada pada angka 35,3 triliun kaki kubik.
"Proven reserves kita hanya 10 persen dari potensi sumber daya, atau dapat diartikan potensi sumber daya kita adalah 10 kali lipat dari proven reserve tersebut," imbuhnya.
Tutuka menambahkan, masih diperlukan kajian lebih dalam, penambahan data yang kemudian dianalisis dan evaluasi untuk dilakukan pengeboran di beberapa cekungan-cekungan yang memiliki potensi minyak besar.
Seperti Sumatera Selatan, Jawa Timur, Sumatera bagian tengah di sekitar Blok Rokan, sedangkan untuk gas bumi berada di Bintuni, Kutai, dan Sumatera bagian Utara.
Untuk menarik investor, pemerintah juga....