Lebih lanjut, ia menjelaskan, musim paceklik beras saat ini memang rutin terjadi karena faktor musiman. Hanya saja, kendala tahun ini ditambah dengan kemarau ekstrem El Nino yang membuat petani kesulitan air saat memasuki musim tanam.
Mau tak mau, periode musim tanam yang seharusnya sudah dimulai Oktober lalu mundur hingga November. Dampaknya, musim panen kemungkinan juga akan mundur sehingga masa paceklik beras akan lebih lama. Pemerintah pun diminta menyiapkan seluruh upaya untuk mengantisipasi, termasuk melalui impor.
Menurut Sutarto, importasi beras tambahan 1,5 juta ton dapat langsung digelontorkan ke pasar untuk meredam harga di tengah masyarakat.
Terpisah, Direktur Bisnis Perum Bulog, Febby Novita menjelaskan, tren kenaikan harga beras saat ini merupakan yang tertinggi dalam empat tahun terakhir.
Saat ini kata Febby, Bulog mengelola CBP sebanyak 1,47 juta ton. Sebanyak 1,38 juta ton merupakan beras impor, dan dalam negeri 79.627 ton. Bulog juga punya beras komersial yang diperdagangkan bebas sebanyak 87,7 ribu ton.
Lebih lanjut, Febby mengatakan, Bulog telah mendapat kuota penugasan impor beras sebanyak 1,5 juta ton tahun in selain dari total penugasan impor 2 juta ton sejak akhir 2022 lalu.
“Saat ini masuk terus beras dari luar negeri untuk pemenuhan stok minimal CBP itu sendiri,” kata Febby.