Rabu 08 Nov 2023 15:13 WIB

Harga Gabah Bakal Sulit Turun, Bapanas: Biarkan Petani Ambil Keuntungan 

Harga Gabah yang tinggi akan memberikan manfaat bagi petani.

Rep: Dedy Darmawan Nasution / Red: Friska Yolandha
Petani merontokkan padi di lahan persawahan di Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (6/11/2023). Berdasarkan keterangan petani, saat ini harga gabah kering di tingkat petani naik hingga Rp750 ribu per kuintal. Nilai harga tersebut mengalami perubahan dari harga sebelumnya yang hanya Rp500 ribu. Kenaikan tersebut diakibatkan oleh pasokan panen padi yang berkurang karena faktor musim kemarau.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Petani merontokkan padi di lahan persawahan di Soreang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Senin (6/11/2023). Berdasarkan keterangan petani, saat ini harga gabah kering di tingkat petani naik hingga Rp750 ribu per kuintal. Nilai harga tersebut mengalami perubahan dari harga sebelumnya yang hanya Rp500 ribu. Kenaikan tersebut diakibatkan oleh pasokan panen padi yang berkurang karena faktor musim kemarau.

EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Pangan Nasional (Bapanas) menyampaikan, kemungkinan harga gabah kering panen (GKP) yang diproduksi petani bakal sulit turun ke level harga normal sebelumnya sekitar Rp 5.000 per kg. Namun, Bapanas menilai, petani perlu untuk mendapatkan keuntungan yang layak sehingga tingginya harga itu akan memberikan manfaat bagi petani. 

Bapanas sebelumnya telah mengatur harga pembelian pemerintah (HPP) gabah sebesar Rp 5.000 per kg. Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan, Bapanas, I Gusti Ketut Astawa, mengatakan, harga tersebut sebetulnya merupakan patokan bagi Bulog dalam melakukan penyerapan. 

Baca Juga

Adapun saat ini berdasarkan catatan Bapanas, rerata harga GKP sudah mencapai Rp 6.800-Rp Rp 7.000 per kg. 

“HPP itu kan untuk Bulog sebagai floor price. Jadi, tatkala harga di atas itu, tidak apa-apa buat pemerintah. Itu kan bagus buat petani kalau di atas HPP,” kata Ketut kepada Republika.co.id, Rabu (8/11/2023). 

Seperti diketahui, meski patokan harga pembelian pemerintah gabah memang ditujukan untuk Bulog, tapi tetap menjadi sinyal bagi pasar perberasan di Indonesia selama ini. 

Ketut pun menambahkan, pada musim puncak panen raya yang diperikirakan jatuh pada April-Mei tahun depan, harga gabah kemungkinan baru akan turun seiring produksi yang melimpah. Namun, ia menggarisbawahi, kemungkinan besar akan sulit untuk turun hingga Rp 5.000 per kg dari rata-rata harga saat ini. 

“Kalau dari Rp 6.800-Rp 7.000 per kg tiba-tiba jadi Rp 5.000 mungkin agak sulit. Mungkin di atas sedikit sekitar Rp 5.500-Rp 5.300, tapi kita akan lihat produksi ke depan,” katanya. 

Sementara itu, Bapanas juga telah meminta Bulog untuk sementara berhenti melakukan penyerapan gabah karena harga yang tinggi. Pihaknya juga tidak mengizinkan Bulog untuk bisa menyerap gabah dengan harga pasar. 

“Kondisi sekarang Bulog tidak mungkin masuk, karena (kalau masuk) harga bisa naik lagi. Jadi, Bulog menahan diri. Di musim puncak panen Bulog baru akan serap,” ujarnya. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement