EKBIS.CO, JAKARTA -- Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengingatkan bahwa pemakaian pestisida sintetis dapat memicu berbagai dampak buruk. Bentuknya mulai dari tumpukan residu di dalam tubuh hingga resistensi organisme pengganggu tanaman.
"Pestisida sintetis banyak menimbulkan permasalahan berkelanjutan baik kepada petani itu sendiri maupun kepada lingkungan," kata Periset Hortikultura dan Perkebunan BRIN Wiratno di Jakarta, Rabu (8/11/2023).
Wiratno menuturkan petani yang menyemprot tanaman lada dengan pestisida sintetis dengan pakaian seadanya, tanpa masker, dan tanpa kacamata sangat mudah terpapar residu pestisida. Penelitian yang dia lakukan menunjukkan bahwa petani yang mengendalikan organisme pengganggu tanaman pada 200 tanaman lada itu residu pestisida pada darah meningkat tiga kali lipat, sedangkan residu pestisida pada urine sampai 200 kali lipat.
"Ini bisa dibayangkan betapa bahayanya dalam jangka panjang," kata Wiratno.
Kasus pemakaian pestisida sintetis pernah menimbulkan masalah serius bagi ketahanan pangan di Indonesia. Hama wereng batang cokelat menjadi resisten akibat insektisida kimia.
Pada tahun 1978, wereng batang cokelat menyerang lahan persawahan seluas 750 ribu hektare yang menyebabkan petani kehilangan hasil panen sekitar 4,5 juta ton atau setara Rp20 triliun. Pemerintah melakukan pelarangan terhadap 57 nama dagang insektisida.
"Hasil penelitian diketahui bahwa 57 nama dagang itu menyebabkan resistensi wereng cokelat, sehingga dilarang untuk diedarkan," kata Wiratno.