Kamis 16 Nov 2023 17:00 WIB

CORE: Penurunan Ekspor Karena Permintaan Masih Lemah

Penurunan ekspor jelas terkait kondisi ekonomi global, terutama negara mitra utama.

Red: Fuji Pratiwi
Pekerja melakukan bongkar muat di pelabuhan peti kemas Kaltim Kariangau Terminal, Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu (8/10/2022).
Foto: ANTARA/Rivan Awal Lingga
Pekerja melakukan bongkar muat di pelabuhan peti kemas Kaltim Kariangau Terminal, Balikpapan, Kalimantan Timur, Sabtu (8/10/2022).

REPUBLIKA.CO.ID ,JAKARTA -- Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menilai penurunan kinerja ekspor karena permintaan yang masih lemah dari negara-negara tujuan ekspor utama Indonesia.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia pada Oktober 2023 mencapai 22,15 miliar dolar AS, turun 10,43 persen dibandingkan Oktober 2022.

Baca Juga

"Ini tentu berkaitan dengan pelemahan permintaan di industri produk-produk manufaktur, karena negara-negara tujuan ekspor, China itu juga kondisi pertumbuhan ekonominya tidak sekuat yang dibayangkan cenderung masih lemah. Amerika sudah agak lebih mendingan dibandingkan tren sebelum-sebelumnya tapi tetap saja belum cukup kuat dibandingkan dengan kondisi pra-pandemi," kata Faisal menjelaskan.

Faisal menuturkan, penurunan ekspor jelas terkait dengan kondisi ekonomi global, terutama negara-negara mitra utama, khususnya jika melihat tren harga komoditas yang masih relatif terus mengalami pelemahan meskipun pelemahannya akhir-akhir ini terjadi secara lebih pelan.

Dalam hal itu, Faisal menyoroti perlunya kebijakan yang tepat untuk memberikan stimulus kepada permintaan domestik guna meredam dampak global.

Upaya diversifikasi ekspor juga menjadi sorotan dengan penekanan pada negara-negara non-tradisional untuk mendiversifikasi pasar ekspor Indonesia.​​​​​​​

Faisal mengatakan pemerintah juga perlu mewaspadai tren penurunan yang terjadi secara konsisten pada impor bahan baku dan bahan penolong, karena hal itu mengindikasikan berkurangnya permintaan industri untuk bahan baku dan berkaitan dengan tingkat produksi pada industri manufaktur.

Berkurangnya tingkat produksi seringkali berkorelasi dengan tingkat permintaan di hilir alias produk jadi, yang juga menggambarkan permintaan domestik.

"Ekspor sendiri mengalami penurunan, walaupun secara month to month (m-to-m) mengalami peningkatan, tapi secara year-on-year (yoy), artinya dibandingkan dengan tahun yang lalu, bulan yang sama pada tahun lalu terus mengalami kontraksi, baik ekspor maupun impor," kata Faisal.

 

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement