EKBIS.CO, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah kembali menguat terhadap dolar AS. Penguatan mata uang garuda terjadi di tengah ekspektasi bank sentral AS, Federal Reserve, yang tidak lagi menaikkan suku bunga acuannya.
Pada penutupan perdagangan Senin (20/11/2023), greenback terhadap rupiah melemah 0,31 persen. Dengan demikian, rupiah pun terangkat hingga 47 poin ke level 15.445 dari sebelumnya di level 15.492.
"Bank sentral kini secara bulat diperkirakan tidak lagi menaikkan suku bunga, karena data inflasi dan tenaga kerja yang lemah," kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam ulasannya.
Pelaku pasar memperkirakan kemungkinan The Fed akan mulai menurunkan suku bunganya paling cepat pada Maret 2024. Dalam hasil rapat FOMC akhir Oktober lalu, the Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga.
Sebelumnya, keputusan tersebut memberi isyarat bank sentral AS kemungkinan akan mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama. Namun, data inflasi dan tenaga kerja menunjukkan perekonomian AS melambat.
Bank sentral China juga mempertahankan suku bunga acuan pinjaman pada rekor terendah, sebagai upaya untuk mendorong pemulihan ekonomi lokal. Bank menyuntikkan sekitar 80 miliar yuan likuiditas ke dalam perekonomian China untuk mendukung pertumbuhan.
Dari dalam negeri, menurut Ibrahim, pasar juga optimistis terhadap proyeksi tingkat konsumsi masyarakat di Indonesia. Pada 2024, tingkat konsumsi menunjukkan tren yang tinggi, didorong oleh perhelatan pemilu yang memicu kegiatan ekonomi.
"Pelaksanaan pemilu akan menggerakkan perekonomian dengan memicu belanja domestik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2024 tetap berkisar antara 5 persen-6 persen karena daya beli masyarakat yang masih kuat," jelas Ibrahim.
Ibrahim memperkirakan rupiah masih berpotensi menguat. Untuk perdagangan besok, Selasa (21/11/2023), Ibrahim memproyeksi mata uang rupiah bergerak fluktuatif namun ditutup menguat direntang 15.400-Rp 15.510.