EKBIS.CO, PADALARANG -- Ketua Umum Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) sekaligus Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, pemilu 2024 akan memengaruhi investor dan pelaku usaha. Itu karena, sebagian akan cenderung menunggu dan melihat atau wait and see hingga ada kepastian hasil kontestasi politik.
"Pada 2024, Indonesia mulai memasuki pesta demokrasi yang dapat memengaruhi risk appetite investor dan pelaku usaha," ujarnya dalam sambutannya secara virtual di Media Gathering Perbanas di Padalarang, Jawa Barat, Kamis (23/11/2023). Ia menambahkan, investor dan pelaku usaha menunggu adanya perubahan kebijakan dan regulasi dari rezim yang terpilih.
Di tengah kondisi yang tidak pasti baik di dalam maupun di luar negeri, kata dia, terdapat urgensi guna memahami kondisi dinamika perekonomian global dan domestik. Maka dapat mewujudkan perbankan yang lebih solid dalam mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Pemerintah, sambungnya, harus tetap optimistis karena di tengah isu perlambatan ekonomi global, Indonesia dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi. Tercatat pada kuartal dua 2023 pertumbuhan Indonesia mencapai 5,17 persen year on year (yoy).
Pertumbuhan itu ditopang oleh pemulihan sektor manufaktur serta stabilitas kinerja sektor pertanian dan sektor perbankan. Pria yang akrab disapa Tiko itu menjelaskan, sektor pertanian sebagai salah satu sektor pemimpin atau leading sector mencatatkan pertumbuhan positif setiap tahunnya, mencapai 2,25 persen pada 2022.
"Resiliensi sektor pertanian menunjukkan kekuatan sektor ini dalam menopang perekonomian Indonesia. Sehingga kita harus lebih mendorong kinerja sektor ini melalui hilirisasi industri untuk menciptakan value added dan juga value-added capture yang dapat meningkatkan nilai hasil tani dan perekonomian Indonesia secara umum," tuturnya.
Pertumbuhan ekonomi, lanjut dia, juga didukung oleh kinerja sektor perbankan yang pada kuartal II 2023 memiliki rasio kecukupan modal (CAR) terjaga pada level 27,6 persen. Lalu rasio kredit bermasalah (NPL) bruto turun ke level 2,3 persen, serta pertumbuhan kredit mencapai 7,76 persen yoy.