EKBIS.CO, JAKARTA -- Serangan kelompok Houthi Yaman di Laut Merah telah berimbas bagi jalur perdagangan internasional, khususnya pasokan minyak dan gas alam. Dampak yang terjadi di antaranya, harga minyak dunia dan gas alam yang meningkat pascaserangan yang dilancarkan Houthi terhadap kapal komersial di ujung selatan Laut Merah menuju rute perdagangan utama Timur-Barat melalui jalur Terusan Suez.
Pengamat ekonomi Piter Abdullah Redjalam menyebut, kejadian tersebut akan berdampak pada harga komoditas khususnya energi serta inflasi global. Hal ini karena akibat adanya rantai pasok global yang terganggu.
"Selama masih terjadi ketegangan geopolitik, perang di Rusia Ukraina dan Israel Hamas, gangguan atas global supply chain akan terus meningkat, yang berdampak ke harga komoditas khususnya energi. Inflasi global akan tertahan tinggi, kebijakan moneter global akan terus ketat," ujar Piter dalam keterangannya, Kamis (21/12/2023).
Piter menambahkan, dampak dari terhambatnya rantai pasok ini juga sudah berlangsung selama ini. Kendati demikian, Piter menyebut kondisi ini tidak akan banyak mengubah kondisi perekonomian nasional.
"Harga komoditas yang tertahan tinggi akan membantu neraca perdagangan Indonesia," ujar Piter.
Selain itu, kata dia, ekspor Indonesia juga lebih banyak ke Asia Timur, China, Jepang, dan Korea Selatan. Sementara, sebagian ke Eropa yang mungkin terdampak oleh konflik di Timur tengah.
"Jadi (serangan) ini sedikit memiliki pengaruh bagi Indonesia," ujarnya.
Dampak serangan Kelompok Houthi ini, beberapa perusahaan pelayaran dan beberapa kapal tanker gas alam cair (LNG) pun memutuskan untuk menghindari jalur tersebut dan menggunakan rute alternatif. Kondisi ini pun meningkatkan kekhawatiran akan adanya gangguan terhadap perdagangan internasional menyusul pergolakan pandemi Covid-19 dan mendorong pasukan internasional yang dipimpin AS untuk berpatroli di perairan dekat Yaman.
Sebab, serangan membuat upaya pelayaran mencapai Terusan Suez menjadi lebih berbahaya. Sementara, sekitar 12 persen lalu lintas pelayaran dunia transit di kanal tersebut dan 4-8 persen kargo LNG global telah melewati kanal tersebut pada tahun 2023.
Menurut analisis Vortexa, terhitung sebanyak 8,2 juta barel per hari minyak mentah dan produk minyak juga melintasi Laut Merah selama Januari-November. Tahun ini, total 16,2 juta metrik ton (MMt) atau 51 persen perdagangan LNG, telah mengalir dari Cekungan Atlantik di timur melalui Terusan Suez. Sementara 15,7 MMt mengalir melalui kanal dari Cekungan Pasifik di barat.
Sejumlah negara diketahui aktif menggunakan Terusan Suez sebagai jalur perdagangan minyak. Kepala intelijen dan analisis Vortexa untuk MENA, Jay Maroo menyebut lalu lintas menuju utara - senilai 3,9 juta barel per hari tahun ini - didominasi oleh impor Eropa, terutama minyak mentah dari produsen Timur Tengah dan juga hasil sulingan tengah dari India dan Timur Tengah.
Untuk lalu lintas menuju selatan – sebesar 2,9 juta barel per hari pada tahun 2023 hingga saat ini – terdiri dari aliran minyak mentah, terutama dari Rusia ke pelanggan Asia, dan juga produk olahan nafta dan bahan bakar minyak.
Qatar, Amerika Serikat dan Rusia adalah pengirim LNG paling aktif melalui Suez. Qatar menduduki peringkat teratas pengirim kargo aktif dari Timur ke Eropa, tetapi tetap hanya menyediakan sekitar 5 persen dari impor bersih UE dan Inggris.
“Pada kenyataannya, Qatar adalah satu-satunya eksportir dari arah timur ke barat melalui Terusan Suez,” kata analis LNG di perusahaan intelijen ICIS Robert Songer dilansir dari Zawya, Kamis (21/12/2023).
Akibatnya, perubahan rute alternatif menuju Eropa melalui Tanjung Harapan, dapat memperlama waktu pelayaran Qatar sebesar 145 persen, atau tambahan 22 hari untuk perjalanan pulang pergi. Untuk LNG ke Asia, Qatar berada di urutan teratas diikuti oleh Amerika Serikat yang baru-baru ini menggunakan Terusan Suez sebagai alternatif dari Terusan Panama.
Dampak untuk harga LNG spot Asia saat ini berada pada 12,3 dolar AS per juta British thermal unit (mmBtu) dan tetap berada pada kisaran tersebut sejak dimulainya serangan. Persediaan tinggi di Eropa dan Asia Utara untuk membatasi permintaan dan diperkirakan menahan pertumbuhan harga spot pada semester pertama tahun 2024.
Sementara, kondisi ini juga berpengaruh pada meningkatnya harga minyak dalam beberapa hari terakhir sebesar 79 USD per barel pada Selasa (19/12/2023). Meski masih di bawah rata-rata kuartal keempat sekitar 83,30 USD per barel.
Harga telah turun dalam beberapa pekan terakhir ini meningkatkan kekhawatiran akan permintaan dan semakin besarnya indikasi bahwa dunia akan memasuki tahun 2024 dengan surplus pasokan.
Namun, harga angkutan minyak sudah terkena dampaknya. Menurut Vortexa, tarif pemesanan Suezmax untuk mengangkut minyak mentah dari Timur Tengah ke Eropa telah naik 25 persen dalam sepekan.