EKBIS.CO, JAKARTA -- Peneliti Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Riza Annisa Pujarama menyatakan, perlu sekitar 0,25 persen yang harus dikejar, jika ingin mencapai target pertumbuhan ekonomi sebesar 5,3 persen tahun ini. Itu karena, ekonomi tumbuh hanya 4,94 persen pada kuartal III 2023.
"Pencapaian di kuartal ketiga kemarin year on year turun dari 5,17 persen ke 4,94 persen, sehingga rata-rata pertumbuhan ekonomi untuk tiga kuartal itu 5,05 persen. Jadi agar ke target 5,3 itu masih ada sekitar 0,25 persen lagi yang harus dicapai dalam tiga bulan terakhir ini," ujarnya dalam Diskusi Publik yang digelar secara virtual, Kamis (28/12/2023).
Menurutnya, perlu usaha lebih keras bila ingin mencapai target tersebut. Itu karena, konsumsi tengah melambat dan masyarakat lebih memilih menggunakan uangnya untuk membayat cicilan daripada belanja atau konsumsi.
Dari sisi pengeluaran, kata Riza, yang paling banyak berkontribusi terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) dari konsumsi rumah tangga. Hanya saja, pertumbuhan sektor tersebut turun dari 5,22 persen ke 5,06 persen.
"Menyebabkan pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga turun," jelas dia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), memang terjadi penurunan konsumsi rumah tangga pada kuartal III 2023 dibandingkan kuartal II 2023.
Kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap sumber pertumbuhan pada kuartal III 2023 relatif lebih kecil dibandingkan kontribusi pada kuartal II 2023 lalu yang sebesar 2,77 persen year on year (yoy) dan kuartal III 2022 yang sebesar 2,81 persen (yoy). Meski begitu, konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2023 dengan kontribusi pertumbuhan 2,63 persen (yoy).
Sebelumnya, walau berbagai lembaga internasional memproyeksikan ekonomi global melambat pada 2023. Hanya saja, pemerintah tetap optimis menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,3 persen tahun ini.