Rabu 10 Jan 2024 15:49 WIB

Singgung Kebutuhan Giant Sea Wall, Airlangga: Kerugian Ekonomi Akibat Rob di Jakarta Saja

Ada sekitar 70 kawasan industri dan lima kawasan ekonomi khusus (KEK).

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Lida Puspaningtyas
Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto saat menghadiri Seminar Nasional Strategi Perlindungan Kawasan Pulau Jawa, Melalui Pembangunan Tanggul Pantai Dan Tanggul Laut (Giant Sea Wall) di Grand Ballroom Hotel Kempinski Jakarta, Jakarta Pusat, Rabu (10/1/2024).
Foto: Republiika/Fauziah Mursid
Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto saat menghadiri Seminar Nasional Strategi Perlindungan Kawasan Pulau Jawa, Melalui Pembangunan Tanggul Pantai Dan Tanggul Laut (Giant Sea Wall) di Grand Ballroom Hotel Kempinski Jakarta, Jakarta Pusat, Rabu (10/1/2024).

EKBIS.CO, JAKARTA -- Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyinggung kebutuhan untuk membangun proyek tanggul laut raksasa (Giant Sea Wall) di Pantai Utara (Pantura) Jawa. Hal ini demi menjaga pertumbuhan ekonomi di wilayah Jawa maupun kelangsungan hidup 50 juta penduduk yang tinggal di pesisir Pantura Jawa.

"Secara agregat Pulau Jawa ini kontribusinya terhadap PDB besar 57,12 persen. Tetapi bagi kita Pulau Jawa memiliki tantangan berat terutama daya tampung akibat erosi, abrasi, banjir Rob dan penurunan permukaan tanah," ujar Airlangga saat menyampaikan opening speech pada Seminar Nasional: Strategi Perlindungan Kawasan Pulau Jawa, Melalui Pembangunan Tanggul Pantai Dan Tanggul Laut (Giant Sea Wall) di Kempinski Grand Ballroom, Jakarta, Rabu (10/1/2024).

Baca Juga

Airlangga menjelaskan, penurunan permukaan tanah di wilayah Pantura Jawa sekitar 1 sampai 25 centimeter (cm) per tahun, diikuti kenaikan permukaan laut sekitar 1 sampai 15 cm per tahun yang kemudian menyebabkan Rob. Sehingga, wilayah yang berada di Pantura Jawa, seperti Semarang, Pekalongan, utara Jakarta akan digenangi banjir Rob.

Kondisi ini, tentunya kata Airlangga, akan berdampak pada kelangsungan hidup maupun kondisi ekonomi di sekitar Pantura Jawa. Studi JICA mencatat pertumbuhan di kawasan Pantura 20 persen dari GDP Indonesia dengan kegiatan industri, perikanan, transportasi, dan pariwisata. Terlebih ada sekitar 70 kawasan industri dan lima kawasan ekonomi khusus (KEK) dengan lima wilayah pusat pertumbuhan.

"Tentu aset ini yang kita sering sebut North Jawa koridor ekonomi akan terganggu. Nah estimasi kerugian ekonomi diperkirakan hanya di Jakarta saja Rp 2,1 triliun per tahun. Jadi hanya di Jakarta. Sehingga tentu nilai dalam 10 tahun bisa 10 triliun kerugiannya. Tentu ini berakibat langsung pada kehilangan opportunity cost," ujarnya.

Karenanya, diperlukan investasi kebijakan untuk menangani kondisi tersebut, salah satunya melalui tanggul pengaman pantai. Saat ini baru wilayah utara Provinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa Barat yang menjadi proyek strategis nasional (PSN).

Sementara itu, model pembangunan tanggul laut di Jakarta juga masih terpisah-pisah atau terbuka. Sehingga, Airlangga mendorong pembangunan tanggul laut yang terintegrasi akan memiliki beragam manfaat.

Airlangga memaparkan, pembangunan giant sea wall di Jakarta juga dibagi menjadi fase A, B, dan C. Pada fase A yakni embangunan tanggul pantai dan muara sungai kurang lebih sepanjang 120 kilometer (km) yang sudah dimulai, dan ditargetkan selesai pada 2030.

Kemudian fase B untuk di sisi barat sepanjang 20 km dan akan mulai 2030, dan fase C mulai 2040 untuk pembangunan tanggul laut adaptif sisi timur sepanjang 12 km. Untuk total anggaran yang dibutuhkan fase A dan B tanggul ini sekitar Rp 164,1 trilin.

"Sehingga di-launching hari ini oleh Pak Menhan Mungkin ini kita integrasikan semua menjadi sistem yang terintegrasi dari Barat sampe ke timur. Kemudian tentu proyek ini sangat diperlukan dan pendetailan pendanaan kita bahas hari ini," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement