Rabu 17 Jan 2024 16:50 WIB

Belum Ada Dampak, BI Waspadai Ketegangan Geopolitik di Laut Merah

Perry menekankan belum bisa memberikan kesimpulan karena masih terlalu dini.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo.

EKBIS.CO,  JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) menyoroti sejumlah ketegangan geopolitik belakangan ini. Hal tersebut termasuk konflik di Laut Merah yang muncul setelah serangan mendadak Hamas ke Israel pada Oktober 2023. Kini, Inggris bergabung dengan koalisi maritim yang dipimpin Amerika Serikat (AS) di Laut Merah untuk melindungi kapal-kapal komersial dari ancaman Houthi.

"Untuk yang peningkatan geopolitik sudah masuk radar kami. Tidak hanya di Timur Tengah tapi juga di Laut Merah. Kami akan terus memantau dampaknya terhadap global supply chain," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG Bulanan BI Januari 2024, Rabu (17/1/2024). 

Baca Juga

Meskipun begitu, Perry menekankan belum bisa memberikan kesimpulan karena masih terlalu dini. Perry mengatakan saat ini belum ada dampak dari supply chain tapi akan terus diwaspadai. 

"Dampak kepada supply chain-nya belum kelihatan tapi tentu saja kami terus akan mewaspadai eskalasinya seperti apa. Dampak terhadap harga belum ada dan karenanya dampak terhadap inflasinya kami belum melihat. Tapi bukan berarti kami tidak waspada, kami tetap waspada," jelas Perry.

Perry menuturkan, Indonesia saat ini sudah memiliki mekanisme yaitu gerakan nasional pengendalian inflasi pangan pusat dan daerah. Selain itu juga BI memiliki 46 kantor cabang yang bersama pemerintah pusat dan daerah mengantisipasi memitigasi dampak ketegangan politik terhadap harga pangan. 

Serangan Amerika Serikat terhadap Yaman membuat eskalasi konflik di Laut Merah menjadi tinggi. Situasi ini langsung berefek pada harga minyak dunia yang menyentuh harga 80 dolar AS per barel pada Jumat (12/1/2024).

Data yang Republika kumpulkan dari Bloomberg menunjukan harga minyak mentah acuan Brent langsung melonjak 4 persen ke harga 80,75 dolar AS per barel. Sedangkan acuan WTI naik 2 persen ke angka 79,82 dolar AS per barel.

Kenaikan harga minyak dunia ini selain karena kekhawatiran global terhadap situasi geopolitik, secara tata niaga, banyak kapal-kapal pengangkut yang menunda perjalanan akibat serangan di Yaman. Dilansir dari BBC, perusahaan pelayaran banyak mengalihkan rute menuju Tanjung Harapan di Afrika Selatan yang mengakibatkan tambahan jarak dan menaikkan biaya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement