EKBIS.CO, JAKARTA -- Debat Pemilihan Presiden (Pilpres) keempat Ahad (21/1/2024) meninggalkan istilah Lithium Ferro Phosphate (LFP) yang kemudian menjadi populer di telinga penonton maupun warganet. LFP merupakan istilah yang disinggung calon wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka saat bertanya kepada cawapres nomor urut 1 Muhaimin Iskandar.
Gibran menanyakan kepada Cak Imin apakah ia dan tim pemenangannya anti nikel karena kerap menggaungkan istilah Lithium Ferro Phosphate. Gibran menilai, jika gerakan anti nikel ini tidak sejalan dengan Indonesia yang diketahui memiliki caangan nikel terbesar di dunia.
Lantas apa itu Lithium Ferro Phosphate yang disinggung Gibran dan keunggulannya dibandingkan nikel. Lithium Ferro Phosphate merupakan jenis baterai yang digunakan sebagai bahan baku komponen kendaraan listrik. Umumnya, kendaraan listrik yang tidak menggunakan nikel sebagai komponen utama, menggunakan teknologi baterai jenis ini.
Beberapa diantaranya mobil listrik yang beredar di Indonesia seperti Wuling Air EV, BYD juga telah menggunakan teknologi Lithium Ferro Phosphate.
Pabrikan yang menggunakan teknologi baterai ini sebagai komponen kendaraan listrik umumnya memilihnya karena pertimbangan harga dan rantai pasok. Hal ini mengutip pernyataan Profesor Universitas Binghamton di New York sekaligus Peraih Nobel 2019 atas karyanya di baterai lithium ion Stanley Whittingham seperti dilansir Reuters, Selasa (23/1/2024).
Stanley menyampaikan bagaimana produsen kendaraan listrik di AS yang mulai berminat menggunakan jenis baterai LFP tersebut.
“LFP lebih murah dibandingkan kobalt dan nikel, dan semua mineral dapat diperoleh di Amerika Utara (yang berarti) biaya transportasi yang jauh lebih rendah dan rantai pasokan yang lebih aman,” kata Stanley.
Bahan LFP yang melimpah dan tidak terpengaruh dengan kondisi geopolitik dinilai menjadi salah satu alasan pemilihan baterai ini dibandingkan penggunaan nikel. Selain itu, LFP mendapatkan daya tarik sebagai bahan pilihan karena kemajuan teknologi membuatnya bisa menyimpan energi lebih banyak dibandingkan sebelumnya. Sehingga LFP juga bisa memberikan jangkauan lebih luas bagi kendaraan listrik dengan satu kali pengisiasn daya, tidak kalah dengan nikel.
Tak hanya itu, LFP juga dinilai jenis baterai yang memiliki risiko kecil dan mendukung berkelanjutan. Kepala Eksekutif Our Next Energy yang berbasis di Michigan, AS yang sedang membangun kompleks manufaktur baterai Mujeeb Ijaz mendukung penggunaan LFP karena bahannya lebih melimpah dan berkelanjutan, dengan risiko yang jauh lebih kecil dari api.
Pakar baterai Lukasz Bednarski yang juga penulis buku “Lithium: The Global Race for Battery Dominance and the New Energy Revolution (2021), meyakini minat produsen mobil untuk memproduksi kendaraan listrik dengan harga lebih murah dapat menjadi salah satu pendorong di balik meningkatnya popularitas LFP.
“LFP memberikan performa yang cukup baik dengan biaya yang lebih rendah, sehingga menjadi proposisi menarik bagi kendaraan listrik untuk kelas menengah,” ujarnya.