EKBIS.CO, JAKARTA -- PT Unilever Indonesia Tbk menyiapkan strategi untuk menghadapi sentimen negatif terhadap perusahaan yang kemudian berdampak pada penurunan penjualan. Unilever mengakui bahwa sentimen negatif konsumen akibat situasi geopolitik di Timur Tengah sempat mempengaruhi kinerja perseroan, khususnya dalam penjualan domestik.
Konflik yang terjadi di Timur Tengah berimbas pada penurunan penjualan domestik Unilever Indonesia menjadi minus 5,2 persen pada 2023. “Kuartal III 2023 cukup baik, kita mulai bulan Oktober juga dengan cukup kuat. November dan Desember 2023 kami terdampak oleh sentimen yang negatif karena situasi geopolitik. Ini berdampak ke penjualan domestik,” kata Presiden Direktur Unilever Indonesia Benjie Yap di Jakarta, Rabu (7/2/2024).
Benjie pun menyiapkan strategi untuk menghadapi tantangan eksternal tersebut. Upaya pertama, perseroan memulai upaya pemberantasan informasi palsu atau hoaks yang telah beredar di berbagai sosial media. Perseroan terus mengoreksi hoaks, serta memastikan bahwa konsumen menerima informasi yang valid.
Upaya kedua, Unilever Indonesia menggandeng masyarakat, berbagai komunitas, hingga tokoh-tokoh agama dalam memberantas misinformasi yang beredar.
"Kami (Unilever Indonesia) bekerja sama dengan komunitas, masyarakat, tokoh-tokoh agama dan komunitas masjid untuk memulihkan sentimen ini di setiap toko dan setiap daerah,” jelas Benjie.
Upaya ketiga, Unilever Indonesia akan terus memantau fluktuasi terhadap tingkat inflasi pada komoditas tertentu. Lebih lanjut, Benjie menekankan bahwa perusahaan tetap fokus pada pertumbuhan jangka panjang dengan melaksanakan lima prioritas strategis, termasuk memperkuat dan mengembangkan portofolio produk, membangun kekuatan eksekusi, dan menempatkan keberlanjutan sebagai inti dari perusahaan.
Unilever Indonesia membukukan penjualan bersih sebesar Rp 38,6 triliun di tahun 2023, turun 6,32 persen jika dibandingkan tahun 2022 yang tercatat Rp 41,21 triliun. Kinerja laba pun anjlok. Perseroan meraup laba bersih sebesar Rp 4,8 triliun sepanjang tahun 2023, turun 10,5 persen secara tahunan (yoy) bila dibandingkan dengan tahun 2022 yang tercatat Rp 5,36 triliun.