EKBIS.CO, JAKARTA -- Penyaluran bantuan pangan beras dihentikan sementara sejak Kamis (8/2/2024). Beriringan dengan itu, harga beras di pasar kemudian melonjak baik untuk kelas beras medium maupun beras premium.
Dikutip dari Panel Harga Badan Pangan Nasional, harga rata-rata beras nasional di tingkat pedagang eceran naik signifikan dibandingkan sepekan lalu. Harga beras premium secara nasional kini dibanderol di level Rp 16.030 per kilogram atau naik 2,56 persen dibandingkan harga pada 5 Februari 2024. Sementara, harga beras medium berada di level Rp 14.520 atau sudah naik 5,91 persen dibandingkan harga 5 Februari 2024.
Hal ini turut dirasakan oleh pemilik kios beras di Pasar Mambo Indramayu, Jawa Barat, Haji Jana. Bukan hanya kenaikan harga, dia pun kini kesulitan memperoleh pasokan beras.
Haji Jana menyebutkan, harga beras premium saat ini mencapai Rp 17 ribu per kilogram. Sedangkan beras medium, di kisaran Rp 15 ribu-Rp 15.500 per kilogram.
Harga itu mengalami kenaikan dibandingkan tiga pekan yang lalu. Saat itu, harga beras premium masih berkisar antara Rp 14 ribu sampai Rp 15 ribu per kilogram. Harga itu berbeda-beda tergantung kualitasnya. Sedangkan beras medium, saat itu di kisaran Rp 13 ribu sampai Rp 13.500 per kilogram.
"Naiknya itu bertahap, biasanya seminggu sekali. Kadang Rp 300, Rp 500 per kilogram sekali naik. Bahkan, minggu kemarin naiknya sekaligus sampai Rp 1.100 per kilogram," kata Jana, Ahad (11/2/2024).
Situasi itu tidak hanya terjadi di pasar tradisional. Gerai retail modern pun turut merasakannya. Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengatakan, para peritel terpaksa menjual komoditas bahan pokok seperti beras, gula, dan minyak goreng di atas harga eceran tertinggi (HET) serta harga acuan lainnya lantaran mendapat harga yang tinggi dari produsen.
Ketua Umum Aprindo Roy N Mandey mengatakan, para produsen telah menaikkan harga beli (tebus) sebesar 20-35 persen di atas HET sejak sepekan terakhir, sehingga peritel juga harus menaikkan harga jual.
"Faktanya saat ini kami tidak ada pilihan dan harus membeli dengan harga di atas HET dari para produsen atau pemasok beras lokal, bagaimana mungkin kami menjual dengan HET," ujar Roy di Jakarta, Ahad (11/2/2024).
Roy menyampaikan, Aprindo tidak memiliki wewenang untuk mengatur dan mengontrol harga yang ditentukan oleh produsen bahan pokok. Harga yang ditetapkan oleh produsen sebagai sektor hulu selanjutnya mengalir kepada peritel di sektor hilir melalui jaringan distribusi, kemudian dibeli atau dibelanjakan oleh masyarakat pada gerai ritel modern.
Meski begitu, ujarnya, kenaikan harga dari produsen dapat menyebabkan kekosongan atau kelangkaan bahan pokok di gerai ritel modern Indonesia. Menurut Roy, kelangkaan yang terjadi di kemudian hari mampu menimbulkan panic buying atau pembelian secara berlebihan karena takut kekurangan stok.
Peritel saat ini disebut mulai kesulitan mendapatkan suplai beras untuk tipe premium lokal kemasan 5 kilogram. Keterbatasan ini disebabkan karena masa panen diperkirakan baru akan terjadi pada pertengahan Maret 2024.
Selain itu, belum masuknya beras tipe medium (SPHP) yang diimpor pemerintah juga menjadi penyebab kelangkaan dan tingginya harga beras.
"Situasi dan kondisi yang tidak seimbang antara suplai dan demand inilah yang mengakibatkan kenaikan HET beras pada pasar ritel modern dan pasar rakyat," kata Roy.
Sementara itu, Badan Pangan Nasional (Bapanas) menjamin bantuan pangan beras akan kembali disalurkan sehari setelah Pemilihan Umum (Pemilu) dilakukan.
"GPM atau Gerakan Pangan Murah Nasional terus dikerjakan. Bantuan pangan beras akan dimulai kembali pada 15 Februari," kata Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi kepada Republika, Ahad (11/2/2024).
Selain itu, Badan Pangan juga sedang mempercepat pembongkaran kapal beras dari luar negeri di beberapa pelabuhan. Badan Pangan juga terus menjalankan distribusi beras komersial Bulog sebanyak 200 ribu ton, termasuk 50 ribu ton ke Food Station atau Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC).