EKBIS.CO, SEMARANG -- Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) Jerry Sambuaga menyebutkan target batas bawah neraca perdagangan pada 2024 dan 2025 lebih kecil dari tahun 2023 lantaran mengantisipasi perlambatan ekonomi global.
Kementerian Perdagangan (Kemendag) telah menetapkan target neraca perdagangan pada 2024 sebesar 31,6 miliar dolar AS sampai 53,4 miliar dolar AS, sedangkan 2025 ditargetkan 21,6 miliar dolar AS sampai 54,4 miliar dolar AS. Pada 2023, Kemendag membuat target batas awal sebesar 38,3 miliar dolar AS sampai 38,5 miliar dolar AS.
"Lembaga internasional seperti IMF kan memprediksi ada keterlambatan ekonomi global. Bahkan ada beberapa disebutkan itu pertumbuhannya sekitar 3,7 persen, kita itu 5 persen, yang artinya kita sudah di atas itu," ujar Jerry di Semarang, Jawa Tengah, Rabu (21/2/2024).
Jerry mengatakan pertimbangan menetapkan angka batas bawah yang lebih rendah dibandingkan dengan 2023 juga bertujuan untuk menjaga perekonomian negara tetap stabil.
Lebih lanjut, realisasi neraca perdagangan Indonesia pada 2023 surplus 36,93 miliar dolar AS. Berdasarkan catatan tersebut, Kemendag pun mematok angka yang lebih rendah agar bisa mendapatkan hasil yang lebih tinggi.
"Saya pikir sangat rasional kita mematok angka tersebut, dengan asumsi bahwa kita mencapai angka yang lebih tinggi dari 2023," kata Jerry.
Sementara itu, pada 2024 dan 2025 Kemendag lebih menggenjot hilirisasi dan mentransformasikan produk-produk mentah menjadi barang setengah jadi atau barang jadi.
Jerry optimistis produk-produk hasil hilirisasi seperti baterai kendaraan listrik, stainless steel, briket, metanol, pupuk organik, logam antikarat dapat meningkatkan nilai ekspor.
"Itu pasti nilainya berkali-kali lipat lebih banyak dibandingkan kita kirim barang mentah. Itu saja sudah otomatis memastikan nilai kita akan lebih tinggi dan semakin berkontribusi terhadap neraca dagang yang surplus," kata Jerry.
Selain itu, Kemendag menilai bahwa sektor jasa seperti ketenagakerjaan, konstruksi, dan gim online memiliki potensi yang besar pada 2024 dan 2025. Industri kreatif berbasis servis juga mampu berkontribusi terhadap nilai perdagangan yang surplus.